ANALISIS
LINGKUNGAN DAN STRATEGI OPERASI TERHADAP PENCIPTAAN PRODUK PADA PT. BELITONG
LESTARI CITA RASA
MAKALAH
MANAJEMEN
OPERASI
Disusun
sebagai tugas perkuliahan semester III matakuliah Manajemen Operasi kelas 3D
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan
Disusun
oleh:
Muflihanggana.
SB (021112142)
Andy
(021112149)
Eko
Prasetyawan (021112151)
Muhamad
Ruyani (021112161)
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
PAKUAN
BOGOR
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kamu buat
guna memenuhi tugas perkuliahan semester 3 yaitu Manajemen Operasi mengenai
analisis lingkungan dan strategi operasi terhadap penciptaan peroduk pada PT.
BELITONG LESTARI CITA RASA. Dalam penyusunan makalah ini tak sedikit hambatan
yang kami hadapi, namun kami menyadari kelancaran dalam penyusunan dan
pembuatan makalah ini tidak lain berkat bimbingan dosen dan kerja sama kami
sebagai penulis, sehingga kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Kami
pun menyadari bahwa tugas ini tentu masih ada kekurangan, baik pada teknis
maupun materi, maka dari itu kami membutuhkan keritik dan saran demi
kesempurnaan makalah yang kami buat.
Kami
berharap makalah ini dapat bermamfaat khususnya untuk penulis dan pembaca agar
dapat menjadi acuan dan pembelajaran dalam memilih lokasi bisnis yang tepat
untuk usaha yang akan di jalaninya.
Bogor,
Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ……………………………………………………1
1.2
Rumusan Makalah ………………………………………………...3
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Lingkungan Bisnis ………………………………………………..5
2.1.1 Pengertian Lingkungan Bisnis ……………………………...5
2.1.2 Dimensi-Dimensi Lingkungan Bisnis ………………………5
2.2 Lingkungan Bisnis dan Strategi Operasi
………………………….6
2.3 Strategi
Operasi …………………………………………………...7
2.3.1 Pengertian Strategi Operasi …………………………………7
2.3.2 Dimensi-Dimensi Strategi Operasi …………………………8
2.4 Hubungan
Strategi Operasi Dengan Adopsi Teknologi …………10
2.5 Adopsi
Teknologi ………………………………………………..12
2.6 Adopsi Teknologi Sebagai Pemoderasi
Hubungan Strategi
Operasi Dan Kinerja Operasi …………………………………….13
2.7 Kinerja Oprasional ……………………………………………….14
2.8 Hubungan Lingkungan Bisnis, Strategi
Operasi dan Kinerja
Oprasional………………………………………………………...14
29. Pengertian Bisnis…………………………………………………16
2.10 Tujuan Bisnis……………………………………………………..17
2.11 Fungsi Bisnis …………………………………………………….18
2.11.1
Fungsi Mikro Bisnis ………………………………………...18
2.11.2
Fungsi Makro Bisnis ………………………………………..19
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Tujuan
Didirikan …………………………………………………20
3.2
Pemamfaatan Tenaga Kerja
……………………………………...21
3.3 Bahan Baku Yang Di dapat ……………………………………...22
3.4 Teknologi
Yang Digunakan ……………………………………..23
3.5 Omset
Penjualan …………………………………………………23
3.6 Kendala Yang
Dihadapi ………………………………………….24
BAB IV. PENUTUP
4.1 Simpulan …………………………………………………………26
4.2 Saran ……………………………………………………………..27
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………...28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau
Belitung merupakan pulau yang berada di propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pulau yang di kenal dengan hasil tambang yaitu Timah ternyata memiliki kekayaan
sumber daya alam yang melimpah serta keindahan alam khususnya pantai yang
berpasir putih. Pulau Belitung juga di kenal sebagai tempat wisata yang cukup
terkenal di Indonesia. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Pulau Belitung tidak
hanya untuk berlibur menikmati keindahan
pantai pasir putih, tetapi juga ingin menyicipi makanan khas pulau yang
di kenal dengan sebutan Negeri Laskar Pelangi tersebut.
Salah
satu berkah mencul ketika banyaknya wisatawan yang datang dan mengunjungi Pulau
Belitung adalah munculnya
peluang-peluang usaha yang dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat di
Pulau Belitung. Bagi para wisatawan yang ingin menyicipi makanan khas
masyarakat Pulau Belitung maka tempat yang cocok untuk di kunjungi adalah Pantai
Tanjung Tinggi. Selain menikmati makanan khas masyarakat Pulau Belitung
wisatawan juga di manjakan dengan hamparan pasir putih dan bebatuan geranit
berukuran besar yang merupakan ikon dari Pantai Tanjung Tinggi. Salah satu
makanan khas masyarakat Pulau Belitung yang bisa di dapatkan di tempat itu
adalah gangan. Gangan merupakan masakan khas masyarakat Pulau Belitung yang
berbahan dasar ikan berkuah kuning. Mengingat Pulau Belitung di kelilingi oleh
lautan dan hasil perikanan yang cukup banyak, maka tak sulit untuk membuat
masakan gangan tersebut.
Di
lihat dari semangkin meningkatnya wisatawan yang datang dan berkunjung ke Pulau
Belitung setiap tahunnya, membuat Eko Prasetyawan seorang anak asli Pulau
Belitung mencoba untuk mengembangkan masakan gangan yang selama ini di kenal sebagai
makanan khas masyarakat Pulau Belitung. Ketersedian sumberdaya hasil laut yaitu
ikan yang menjadi bahan utama dalam masakan tersebut dirasa tidak sulit oleh
anak pertama dari pasangan suami istri Mukti dan Sarniati untuk mendapatkan
bahan utama pembuatan masakan gangan tersebut.
Situasi
saat ini membuat Eko Prasetyawan melihat peluang yang ada dari banyaknya
wisatawan yang berkunjung ke Pulau Belitung setiap tahunnya. Dengan melihat
peluang serta konsep yang di milikinya, membuat Eko Prasetyawan membulatkan
tekatnya untuk membuka restoran makanan Khas Belitung yang di beri nama Lestari
Cita Rasa. Restoran ini pun berdiri di Pantai Tanjung Tinggi yang menjadi
tempat wisata pantai yang terkenal di Pulau Belitung.
Seiring
berjalannya waktu, Restoran Lestari Cita Rasa pun semangkin banyak di kunjungi
wisatawan dari dalam dan luar Pulau Belitung. Selain menyediakan masakan khas
Belitung Restoran Lestari Cita Rasa pun memiliki tempat yang sangan strategis.
Posisi restoran yang menghadap ke laut merupakan salah satu penarik wisatawan
yang ingin menikmati masakan khas masyarakat Pulau Belitung sambil menikmati
keindahan Pantai Tanjung Tinggi yang sangat mempesona.
Banyak
wisatawan dari luar Pulau belitung yang ingin membawah pulang masakan gangan
tersebut sebagan oleh-oleh dari liburan mereka, hal ini tentu saja menjadi
masalah yang berarti mengingat masakan gangan ini berkuah tentu saja
menyulitkan jika dibawah pulang sebagan oleh-oleh. Masalah ini tentu saja di
hadapi serius oleh Eko Prasetyawan yang memiliki keinginan untuk memajukan
daerahnya serta mengenalkan Pulau Belitung sebagai tempat wisata laut yang
tidak kalah bagusnya dari tempat-tempat wisata laut yang ada di Indonesia.
Dengan
melihat sumberdaya hasil laut yang sangat melimpah serta keterbatasan teknologi
pengolahan sumberdaya hasil laut yang masih tradisional. Kami sebagai penulis
mencoba membantu mengembangkan pengolahan sumberdaya hasil laut menjadi nilai
tambah ekonomis bagi masyarakat Pulau Belitung yang selama ini sebagaian besar
masyarakatnya bergantung pada hasi tambang timah yang semangkin hari kian
sulit.
PT.
BELITUNG LESTARI CITA RASA merupakan perusahaan keluarga yang di dirikan oleh
Eko Prasetyawan yang merupakan pemilik restoran lestari citra Rasa. Perusahaan
ini bergerak di pengolahan makanan khas masyarakat Pulau Belitung yang di
kalengkat. Perusahaan ini memiliki visi
mengenalkan daerahnya dengan masakan yang di kalengkan. Tujuan dari masakan
gangan yang di kalengkan adalah untuk mempermudah wisatawan yang ini membawa
dan menjadikan gangan sebagai oleh-oleh dari Pulau Belitung dan menjadi nilai
ekonomis yang tinggi untuk memajukan perekonomian masyarakat di Pulau Belitung.
1.2 Rumusan Makalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka rumusan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
·
Tujuan Didirikannya PT. BELITONG LESTARI
CITA RASA.
·
Pemamfaatan Tenaga Kerja Pada PT.
BELITONG LESTARI CITA RASA.
·
Bahan Baku Yang Didapat PT. BELITONG
LESTARI CITA RASA.
·
Teknologi Yang di Gunakan PT. BELITONG
LESTARI CITA RASA.
·
Omset Penjualan PT. BELITONG LESTARI
CITA RASA.
·
Kendala Yang Dihadapi PT. BELITONG
LESTARI CITA RASA
1.3
Tujuan Penulisan
Dengan melihat sumberdaya hasil laut yang
sangat melimpah serta keterbatasan teknologi pengolahan sumber daya hasil laut
yang masih tradisional. Kami sebagai penulis mencoba membantu mengembangkan
pengolahan sumber daya hasil laut menjadi nilai tambah ekonomis bagi masyarakat
Pulau Belitung yang selama ini sebagaian besar masyarakatnya bergantung pada
hasi tambang timah yang semangkin hari kian sulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Lingkungan Bisnis
2.1.1
Pengertian Lingkungan Bisnis
Lingkungan bisnis adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi aktivitas bisnis dalam suatu lembaga organisasi atau perusahaan.
Dalam penelitian ini dimensi lingkungan bisnis yaitu biaya bisnis, ketersediaan
tenaga kerja, tingkat persaingan, dan dinamisme pasar.
2.1.2
Dimensi-Dimensi Lingkungan Bisnis
Lingkungan organisasi merupakan variabel yang sangat
penting dalam menentukan strategi bisnis perusahaan dan dipandang sebagai trend
perubahan yang dapat menciptakan kesempatan dan tantangan bagi organisasi
(Swamidass & Newell, 1987). Lingkungan bisnis menjadi elemen kausal dalam
hubungan strategi operasi dan kinerja bisnis perusahaan sehingga organisasi
perlu melakukan "scanning environment" secara
berkesinambungan untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi.
Literatur konseptual tentang lingkungan bisnis telah
dikembangkan dalam literatur manajemen (Dess & Beard, 1984; Sharfanan &
Dean, 1991 dikutip dalam Badri et al., 2000). Dimensidimensi tersebut meliputi environmental
munificence, environmental dynamism, dan environmental complexity. Environmental
munificence merupakan tingkat dukungan lingkungan terhadap pertumbuhan
organisasi yang ada di dalamnya dan diukur melalui tiga hal yaitu biaya bisnis,
ketersediaan tenaga kerja, dan tingkat persaingan. Biaya bisnis mewakiIi semua
biaya produksi yang dibutuhkan perusahaan dalam kegiatan operasional.
Ketersediaan tenaga kerja mewakili focus pada pengurangan teknisi, clerical,
dan pekerja produksi. Tingkat persaingan mencakup fokus pada penurunan
permintaan baik dalam pasar lokal maupun pasar asing dan fokus pada profit
margin yang rendah dan standar kualitas permintaan.
Dinamisme lingkungan menunjukkan kondisi perubahan
lingkungan yang tidak dapat diprediksi (Dens & Beard, 1984 dikutip dalam
Ward et al, 1995). Kondisi ini mengukur tingkat produk dan jasa dalam proses,
dan tingkat perubahan selera, serta preferensi konsumen. Lingkungan yang dinamis
mengindikasikan suatu lingkungan yang berubah cepat dan diskontinu dalam
hal permintaan, pesaing, teknologi, dan peraturan seperti informasi yang tidak
akurat, tidak tersedia, dan ketinggalan jaman. Kompleksitas lingkungan mewakili
heterogenitas dalam aktivitas organisasi. Bourgeouis (1980) mengemukakan bahwa
kompleksitas lingkungan merupakan focus yang lebih relevan untuk strategi
perusahaan dari pada pada level analisis unit bisnis. Penyebab ketidakpastian
dan turbulensi lingkungan bisnis terkait dengan kebutuhan, selera konsumen,
peningkatan kompetisi, perubahan teknologi, dan isu sosial ekonomi (Braglia
& Petroni, 2000).
2.2 Lingkungan Bisnis dan Strategi
Operasi
Beberapa peneliti telah memberikan bukti empiris
atas pendapat yang menyatakan tentang adanya hubungan karusial antara
lingkungan yang dipersepsikan oleh manajer dan strategi operasi. Lingkungan
diperlakukan sebagai variabel penentu (precursor variable) yang
mempengaruhi pilihan prioritas kompetitif (biaya, kualitas, fleksibilitas, dan
pengiriman) perusahaan (Swammidass & Newell, 1987: Ward et al., 1995;
Badri, 2000). Perusahaan mengembangkan strategi operasi yang berbeda-beda untuk
menghadapi tantangan lingkungan yang dihadapi dalam aktivitas perusahaan,
karena strategi operasi merupakan perencanaan perusahaan untuk mengalolasikan
sumber daya yang dimiiki dan menggunakan kekuatan manufaktur untuk mencapai
peningkatan kinerja perusahaan.
Perusahaan
diharapkan mampu mengembangkan strategi yang memungkinkan proses minimalisasi
pengaruh lingkungan bisnis pada produksi dan biaya bisnis (Amoako &
Gyampah, 2003).
Perbaikan kualitas akan mempengaruhi peningkatan
kinerja bisnis perusahaan (Badri et al., 2000). Perbaikan kualitas juga akan
mengurangi biaya karena dengan melakukan sesuatu yang benar pada saat pertama
kali akan dapat mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah.
Fleksibilitas manufaktur merupakan kemampuan beradaptasi secara cepat dengan
perubahan yang ada dalam lingkngan bisnis. Braglia & Petroni (2000)
mengemukakakan bahwa akar kinerja manufaktur dalam perusahaan terletak pada
kapasitas perusahaan dalam merespon perubahan lingkungan yang diindikasikan
dengan ketidakpastian dan turbulensi. Oleh karena itu, diharapkan bahwa
dalam suatu lingkungan perusahaan manufaktur akan mencakup fleksibilitas
sebagai suatu pilihan strategi untuk merespon perubahan lingkungan yang
terjadi. Pengetahuan yang handal dan cepat merupakan komponen penting untuk
menciptakan loyalitas konsumen dan dapat dijadikan sebagai senjata kompetitif
perusahaan dalam persaingan bisnis. Dalam kondisi lingkungan yang diindikasikan
dengan peningkatan kompetisi dan tantangan, perusahaan perlu mempertimbangkan
strategi pengiriman untuk membangun loyalitas konsumen yang sangat diperlukan
untuk mewujudkan kesuksesan perusahaan (Amoako & Gyampah, 2003).
2.3 Strategi Operasi
2.3.1 Pengertian Strategi Operasi
Strategi Operasi adalah suatu visi fungsi operasi
yang menetapkan keseluruhan arah atau daya dorong untuk pengambilan keputusan.
Strategi operasional adalah seperangkat sasaran, rencana, dan kebijakan yang
menjabarkan bagaimana fungsi operasi menunjang strategi bisnis organisasi.
Beberapa definisi strategi operasi telah
diberikan dalam kepustakaan yang membantu menjelaskan dan mengembangkan
definisi dari strategi operasi diatas, meliputi: Schroeder, Anderson, dan
Cleveland (1986) mendefinisikan bahwa strategi operasi terdiri dari empat
komponen : misi (mission), tujuan (objectives), keunggulan khusus
(djstinctive competence), dan kebijakan (policies). Keempat
komponen ini membantu menegaskan tujuan apa yang akan dicapai dan bagaimana
akan mencapai tujuan itu. Hasil strategi akan membantu mengarahkan dalam
pengambilan keputusan pada seluruh tahap operasi.
Definisi lain telah diberikan oleh Hayes dan
Wheelwright (1984) yang mendefinisikan strategi operasi sebagai suatu pola yang
konsisten dalam keputusan operasi. Makin konsisten keputusan itu dan makin
besar tingkatan strategi operasi menujang strategi bisnis, maka akan makin
baik. Mereka lebih lanjut menegaskan bagaimana keputusan utama dalam operasi
dibaut dan dipadukan satu dengan yang lain. Wickham skinner (1985) menegaskan
strategi operasi berkenaan dengan hubungan antara keputusan dalam operasi dan strategi
korporasi.
2.3.2 Dimensi- Dimensi Strategi
Operasi
Strategi operasi dipandang sebagai kekuatan
manufaktur yang efektif yang merupakan senjata kompetitif untuk mendapai tujuan
bisnis dan perusahaan. Strategi operasi mempengaruhi tujuan dan strategi bisnis
yang memungkinkan fungsi-fungsi manufaktur untuk memberikan kontribusi dalam
meningkatkan daya saing perusahaan dalam jangka panjang (Hayes &
Wheelright, 1985 dikutip dalam Ward & Duray, 2000) . Heizer & Render
(2004) mengemukakan bahwa strategi operasi yang sukses tidak hanya harus
konsisten dengan permintaan konsumen, melainkan juga siklus hidup produk. Menurut
beberapa peneliti, strategi operasi mewakili prioritas kompetitif yang meliputi
biaya, kualitas, fleksibilitas, dan pengiriman (Wheelrwright, 1984; Leong et
al. 1990; Rothn & Van de Valde, 1991, Burgess et al, 1998).
Stonebraker dan Leong, 1994 (dikutip dalam Badri et
al., 2000) mendefinisikan strategi biaya sebagai produksi dan distribusi produk
dengan biaya terendah dan sumber daya tersisa yang minimum. Harga yang rendah
dapat meningkatkan permintaan produk atau jasa tapi juga mengurangi keuntngan
perusahaan jika produk atau jasa tidak dapat diproduksi pada harga yang lebih
memadai. Untuk dapat bersaing dalam lingkngan bisnis dengan berbasis pasar
biaya, seorang manajer manufacturer perlu menawarkan produk dan jasa
pada biaya per unit yang rendah baik biaya tenaga kerja, material, scrap, maupun
biaya overhead lainnya. Strategi kualitas didefinisikan sebagai
aktivitas
perusahaan untuk memproduksi produk yang sesuai dengan spesifikasi atau
memenuhi kebutuhan konsumen. Strategi kualitas memfokuskan pada pentingnya
memproduksi produk dan jasa yang dapat memuaskan spesifikasi dan kebutuhan
konsumen. Perusahaan perlu memperhatikan perbaikan kualitas sehingga dapta
mengurangi biaya produksi, karena dengan melakukan seuatu dengan benar saat pertama
kali barang dan jasa diproduksi dapat mengeliminasi “waste”. Perbaikan
kualitas merupakan salah satu cara bagi organisasi untuk
memperbaiki
kinerja bisnis (Ward et al., 1995).
Strategi
pengiriman meliputi kemampuan dalam merespon pemesanan konsumen. Leong et al.
(1990) mendefinisikan strategi pengiriman sebagai kemampuan pengiriman (dengan
memenuhi jadwal pengiriman maupun janji pengiriman) dan kecepatan pengiriman
(bertindak cepat atas pemesanan konsumen). Pengukuran kinerja pengiriman
menekankan pada aktivitas yang memfokuskan pada peningkatan reliabilitas
pengiriman misalnya pengiriman yang tepat waktu, akurasi dalam status
persediaan dan waktu tunggu pengiriman. Strategi fleksibilitas didefinisikan
sebagai kemampuan untuk merespon perubahan cepat dalam produk, jasa dan proses.
Fleksibilitas mencakup mesin, proses, produk, volume, dan lay out (Braglia
& Petroni, 2000). Fleksibilitas manufaktur didefinisikan sebagai kemapuan
perusahaan manufaktur untuk mengalokasikan dan mengalokasikan kembali sumber
daya yang dimiliki secara efektif dalam merespon perubahan lingkungan dan
kondisi internal (Gerwin, 1993).
2.4 Hubungan Strategi Operasi
Dengan Adopsi Teknologi
Literatur konseptual maupun empiris yang membahas
tentang hubungan antara strategi operasi dan teknologi telah ada sejak lama
(Skinner, 1974; Boyer & Pegell, 2000 ; Banerjee, 2000). Skinner (1974)
mengemukakan variasi prioritas strategik termasuk biaya, kualitas produk,
reliabilitas pengiriman, fleksibilitas dalam memproduksi produk baru secara
cepat dan fleksibilitas untuk merespon perubahan volume yang dapat dicapai
dengan menggunakan teknologi manufaktur. Efektivitas strategi operasi
perusahaan dapat diukur dengan menilai keterkaitan atau konsistensi antara
prioritas kompetitif yang menekankan dan merespon perubahan lingkungan
berdasarkan struktur dan infrastruktur operasi (Boyer & Pregell, 2000).
Tujuan utama dalam arsitektur strategi adalah memberikan pedoman bagi strategi
fungsional untuk mengembangkan road map terkait dengan identifikasi
kompetensi inti dan teknologi yang diperlukan dalam memuaskan kebutuhan bisnis
(Benerjee, 2000).
Beberapa studi empiris yang mengkaji tentang adanya
hubungan strategi operasi dan teknologi juga telah dilakukan beberapa peneliti
(Burgess et al., 1984; Cagliano dan Spina, 2000; Gordon & Sohal, 2000).
Burgess et al. (1998) mengeksplorasi aspek-aspek kunci perusahaan yang mencakup
prioritas kompetitif (strategi operasi), proses inovasi (adopsi teknologi), dan
kinerja perusahaan. Prioritas kompetitif mengindikasikan area proses mana yang
harus ditekankan untuk mencapai kinerja yang sukses. Cagliano dan Spina (2000)
mengeksplorasi basis empiris keselarasan strategik pilihan strategi operasi
yang merupakan prioritas kompetitif perusahaan dalam menentukan pilihan program
perbaikan. Tujuan manufaktur dapat dicapai jika program perbaikan (sekelompok
keputusan structural dan infrastructural yang diturunkan dari
pengalaman beberapa leading companies yang telah dibuktikan
kesuksesannya) didasarkan pada prioritas kompetitif. Survei pada perusahaan
manufaktur di Australia dan Canada yang dilakukan oleh Gordon & Sohal
(2000) memfokuskan pada isu terkait dengan prioritas kompetitif perusahaan,
adopsi teknologi dan 22 dimensi kinerja. Hasil penelitian menemukan bahwa
keunggulan kompetitif dapat dicapai jika perusahaan menetapkan prioritas
kompetitif dan mengadopsi serta mengimplementasikan teknologi.
Chase et. al. (2001) mengemukakan beberapa alasan
perlunya mengadopsi teknologi untuk mencapai tujuan perusahaan yang terkait
dengan prioritas kompetitif, yaitu: Pertama, alasan biaya. Aplikasi teknologi
dalam perusahaan dapat menurunkan biaya dengan cara menurunkan biaya material,
tenaga kerja, biaya distribusi. Alasan kedua, kualitas, aplikasi teknologi
dapat meningkatkan kualitas produk dan inovasi dengan cara meminimalkan tingkat
kerusakan produk dan mengeliminasi sumber daya terbuang. Alasan ketiga,
fleksibilitas, aplikasi teknologi bermanfaat untuk meningkatkan variasi produk
dan pencapaian extensive customization. Untuk memperoleh peningkatan
pangsa pasar dalam lingkungan kompetitif, perusahaan harus lebih fleksibel
dalam operasi dan memuaskan segmen pasar, sehingga aplikasi teknologi sangat
diperlukan untk mendukung pencapaian tujuan fleksibilitas perusahaan. Alasan keempat,
pengiriman, teknologi mendukung terciptanya kecepatan pengiriman yang diukur
melalui lead time (waktu tunggu) yang diperlukan. Misalnya, aplikasi EDI
(electronic data interchange) dan mesin fax secara otomatis dapt
menurunkan waktu yang diperlukan untuk mengirimkan informasi dari satu lokasi
ke lokasi yang lain dan menurunkan waktu tunggu untuk pelayanan maupun operasi.
Penelitian Sulaiman et al (2003) dilakukan dengan berdasarkan
kerangka contingency untuk membuktikan bahwa teknologi dan lingkungan
memoderasi hubungan antara strategi bisnis dan kinerja perusahaan. Dari
perspektif kontingensi, teknologi dipandang sebagai moderating variable. Teknologi
memberikan kesempatan bati perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif.
Tetapi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, perusahaan perlu menyelaraskan
teknologi dengan manufacturing task untuk memperbaiki kinerja
perusahaan. Hasil studi menunjukan bahwa teknologi dan lingkungan memoderasi
hubungan antara strategi bisnis dan kinerja perusahaan. Model penelitian
Sulaiman et al (2003) dikembangkan berdasarkan pendekatan contingency yang
menetapkan bahwa kesuksesan kinerja perusahaan dipengaruhi oleh kapabilitas
perusahaan terkait dengan contingency atau moderating variable
seperti teknologi dan lingkungan.
2.5 Adopsi Teknologi
Teknologi didefinisikan sebagai kemampuan mengenali
masalah-masalah teknis dan mengeksploitasi konsep-konsep yang dapat memecahkan
masalah teknis yang ada. Teknologi merupakan peralatan atau perangkat, seperti equipment,
software, dan hardware yang digunakan untuk memecahkan masalah
operasional secara efektif dalam suatu organisasi (Autioe & Leimanen,
1995).
Kompetisi bisnis saat ini menuntut perusahaan untuk
mengambil tindakan penting, yaitu ; memilih satu atau lebih soft technology yang
ada yaitu JIT (Just In Time), TQM (Total Quality Management), MRP
(Material Requirement Planning), dan TPM (Total Productive Maintenance).
TQM adalah optimasi kinerja pada semua bagian dan fungsi operasi, prosedur,
system, pengendalian, struktur, dan kultur organisasi (Warnock, 1996). TQM
merupakan program perbaikan terus menerus yang dilakukan secara bertahap dan
tidak pernah berakhir (Sohal & Terziovsky, 2000). JIT merupakan seperangkat
metode atau teknik yang diaplikasikan pada sitem pembelian fungsi pabrikasi dan
fungsi pengiriman . Filosofi JIT yaitu mengeliminasi semua aktivitas yang tidak
penting dan tidak memberikan nilai tambah dimanapun aktivitas itu berada (Yasin
& Wafa, 1997). MRP merupakan teknik permintaan dependen yang menggunakan bill
of material, persediaan , expected received, dan MPS (master
production schedule) untk menentukan kebutuhan material (Heizer &
Render, 2004). Sedangkan TPM adalah pendekatan inovatif untuk perawatan
peralatan (hardware atau software) dan mesin pabrik. Implementasi
TPM memerikan kontribusi dalam mengurangi work in progress,
meningkatkan kualitas produk, mengurangi waktu siklus produks, dan sangat
efektif untuk optimasi mesin dan peralatan (Tsang & Chan, 2000).
2.6
Adopsi Teknologi Sebagai Pemoderasi Hubungan Strategi Operasi dan Kinerja Oprasional
Beberapa isu manufaktur yang menjadi tantangan
perusahaan selama ini adalah bagaimana mengurangi lead time untuk
memuaskan konsumen, pengenalan produk baru yang lebih cepat ke pasar,
fleksibilitas dalam beradaptasi dengan perubahan dalam pasar, memperbaiki
kualitas produk dan pelayanan konsumen (Sun, 2000). Penggunaan teknologi
menawarkan cara untk memperbaiki produk yang di desain, dikembangkan dan dijual
pada pasar industrial. Teknologi menjadi senjata yang bernilai bagi perusahaan
untk menghadapi peningkatan tantangan dalam industry manufaktur (Hunt, 1989;
Noori, 1990 dikutip dalam Lagace & Bourgault, 2003). Melalui aplikasi teknologi,
perusahaan dapat mengurangi aktivitas yang tidak menghasilkan nilai tambah yang
cenderung menjadi beban biaya produksi pada setiap aktivitas produksi. Selain
itu melalui aplikasi teknologi, proses fleksibel yang memungkinkan perusahaan
untuk menawarkan range produk dan melakukan perbaikan efisiensi dapat
ditingkatkan (Lagace & Baourgault, 2003).
Sulaiman et. al. (2003) juga mengemukakan perlunya
menyelaraskan teknologi dengan strategi perusahaan. Perusahaan yang melakukan
adopsi teknologi dengan strategi akan dapat memperbaiki kinerja perusahaan.
Teknologi dipandang sebagai variabel pemoderasi yang penting dalam mempengaruhi
hubungan strategi bisnis dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa adopsi teknologi memoderasi hubungan strategi perusahaan dengan kinerja
perusahaan.
2.7 Kinerja Oprasional
Kinerja operasional adalah kesesuaian proses dan
evaluasi kinerjadari operasi in ternal perusahaan pada kondisi atau memenuhi
persyaratan dari segi biaya, pelayanan pelanggan, pengiriman barang kepada
pelanggan, kualitas, fleksibilitas dan kualitas proses produk/jasa (Brah dan
Lim, 2006). Kinerja perusahaan sangat terkait erat dengan system pengendalian
manajemen perusahaan yang bersangkutan. Ketepatan ukuran kinerja yang digunakan
dalam suatu penelitian tergantung pada situasi dan keunikan kondisi dalam suatu
studi. Sangat sulit untuk menetapkan ukuran tunggal kesuksesan bisnis. Oleh
karena itu, keteerkaitan antara manufaktur dengan semua ukuran yang tersedia
dan diterima secara umum perlu dianalisa (Demeter, 2003). Dalam penelitian ini
kinerja operasional diukur melalui biaya produk per unit, kualitas proses,
kualitas produk, kemampuan menangani perubahan jumlah permintaan, kemampuan memenuhi
perubahan selera pelanggan, pengiriman tepat pada waktunya, kemampuan
pengiriman sebelum waktu yang ditentukan (Leong et al., 1990).
2.8 Hubungan Lingkungan Bisnis,
Strategi Operasi dan Kinerja Oprasional
Ward & Duray (2000) mengemukakan bahwa penelitian
di bidang manajemen operasi yang memfokuskan pada strategi operasi dan
faktorfaktor yang mempengaruhinya, seperti lingkungan bisnis, dengan
menggunakan metode empiris mengalami peningkatan pada kinerja operasional.
Dalam berbagai penelitian tersebut, variabel lingkungan diperlakukan sebagai precursor
variable atau variabel penentu yang mempengaruhi pilihan prioritas
kompetitif perusahaan (Swammidas & Newell, 1987; Ward et al., 1995; Badri
et al. 2000; Ward & Duray, 2000).
Beberapa studi yang memfokuskan pada strategi
operasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti ketidakpastian
lingkungan dilakukan oleh Swamidass & Newell (1987), Ward et al.
(1995), Badri et al. (2000), Amoako & Gyampah (2003).
Swamidass& Newell (1987) meneliti hubungan kausal antara ketidakpastian
lingkungan dan strategi operasi (secara spesifik pada strategi fleksibilitas)
dan peran manajer operasional dalam pengambilan keputusan strategik . Hasil
penelitian menunjukan bahwa kinerja perusahaan menurun seiring dengan peningkatan
ketidakpastian lingkungan.
Ward et al. (1995) dan Badri et al. (2000) menguji
hubungan faktor-faktor lingkungan dan pilihan strategi operasi diantara
perusahaan-perusahaan di Singapura dan Uni Emirat Arab. Secara spesifik
penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor lingkungan
(biaya bisnis, ketersediaan tenaga kerja, tingkat persaingan, dan dinamisme
pasar) dan pilihan strategi operasi yang meliputi pilihan strategi biaya
rendah, kualitas, fleksibilitas, dan pengiriman. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara faktorfaktor lingkungan terhadap
pilihan strategi operasi (Ward et al., 1995). Hasil penelitian Badri et al.
(2000) menunjukkan bahwa pemisahaan dengan kinerja tinggi akan menyesuaikan
kompleksitas lingkungan eksternal dengan menggunakan variabel lingkungan
sebagai sumber pengendalian yang efektf dalam organisasi.
Amoako & Gyampah (2003) menguji model
keterkaitan factor-faktor lingkungan dengan pilihan strategi operasi untuk
memberikan bukti empiris bahwa model tersebut dapat diaplikasikan dalam kondisi
lingkungan yang berbeda pada negara sedang berkembang. Studi dilakukan pada
perusahaan manufaktur di Ghana, dan menguji pengaruh faktor ukuran perusahaan
dan kepemilikan modal terhadap keputusan pilihan strategi operasi dalam
lingkungan bisnis tersebut. Hasil studi menunjukan bahwa faktor-faktor
lingkungan bisnis mempengaruhi pilihan strategi operasi. Pengaruh faktor-faktor
lingkungan tergantung pada ukuran perusahaan dan juga kepemilikan modal oleh
perusahaan asing. Berikut ini akan di bahas masing-masing variabel penelitian
yang menguji keterkaitan antara lingkungan bisnis, strategi operasi, adopsi
teknologi dan kinerja operasional.
2.9 Pengertian Bisnis
Bisnis
adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau
bisnis lainnya untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya. Secara historis bisnis
berasal dari bahasa business yang berasal dari kata dasar busy yang bearti
“sibuk”. Dalam artian sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan
keuntungan. Dalam ekonomi kapitalis, kebanyakan bisnis dimiliki dan dikuasai
oleh pihak swasta. Bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan
kemakmuran para pemiliknya.
Secara
etimologi, bisnis adalah keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk
melakukan suatu pekerjaan yang meghasilkan keuntungan. Secara luas bisnis
adalah suatu kegiatan yang dilakukan individu atau sekelompok orang yang
menciptakan nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan keuntungan yang maksimal melalui transaksi.
Ada
beberapa definisi bisnis dari beberapa tokoh diantaranya:
a. Menurut
Brown dan Petrello
Bisnis
adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat sambil memperoleh laba. (1976)
b. Menurut
Steinford
Bisnis
adalah sebagai aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang di perlukan
atau diinginkan oleh konsumen. (1979)
c. Menurut
Griffin dan Ebert
Bisnis
merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan
menghasilkan profit atau laba. (1996)
d. Menurut
Hughes dan Kapoor
Bisnis
adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan
sekaligus menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat dan ada dalam industry.
e. Menurut
Allan Afuah
Bisnis
adalah sekumpulan aktivitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan cara
mengembangkan dan mentransformasi berbagai sumber daya menjadi barang atau jasa
yang diinginkan konsumen. (2004)
f. Menurut
Glos, Steade, dan Lowry
Bisnis
merupakn jumlah seluruh kegiatan yang terorganisir oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry yang menyediakan barang dan
jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standard serta kualitas
hidup mereka.
g. Menurut
Musselman dan Jackson
Bisnis
merupakan suatu aktivitas yang memenuhi kebutahan dan keinginan ekonomis
masyarakat dan perusahaan di organisasikan untuk terlibat dalam aktivitas
tersebut.
2.10 Tujuan bisnis
Dalam
berbisnis atau berwirausaha adalah berusaha mengelolah barang untuk dijadikan
produk yang diperlukan oleh konsumen yaitu barang dan jasa. Sedangkan tujuan
dari perusahaan adalah mendapatkan laba maksimal, yaitu suatu imbalan yang
diperoleh perusahaan dari penyediaan suatu produk bagi para konsumen.
2.11Fungsi
Bisnis
Bisnis
mempunyai beberapa fungsi menurut para tokoh yaitu fungsi dalam bentuk mikro
dan makro. Menurut Steinhoff (1979.17)
Fungsi
yang dilakukan oleh aktifitas bisnis dapat dikelompokkan dalam tiga fungsi
dasar, yaitu:
·
Acquiring Raw Materials (memperoleh
bahan baku)
·
Manufacturing Raw Materials Inti
Products
·
Distributing Products to Consumers
2.11.1Fungsi
Mikro Bisnis
Merupakan
konstribusi kepada pihak yang berperan langsung, yaitu:
·
Pekerja atau Karyawan
Pekerja menginginkan
gaji yang layak dari hasil kinerjanya, sedangkan manajer menginginkan kinerja
yang tinggi dari karyawannya yang ditunjukkan dengan omset penjualan dan profit
(laba).
·
Dewan Komisaris
Mengawasi dan memantau
kegiatan manajemen dan memastikan kegiatan berjalan dengan baik, sehingga
tercapainya tujuan dari perusahaan.
·
Pemegang Saham
Investor memiliki kepentingan dan
tanggung jawab tertentu terhadap suatu perusahaan.
2.11.2Fungsi
Makro Bisnis
Merupakan
konstribusi kepada pihak yang tidak terlibat secara langsung, yaitu:
·
Masyarakat sekitar perusahaan
Memberikan konstribusi
kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan. Berupa
bantuan sosial atau biasiswa kepada masyarakat sekitar perusahaan yang masih
mengenyam bangku pendidikan.
·
Bangsa dan Negara
Tanggung jawab kepada bangsa dan
Negara diwujudkan dengan kita membayar kewajiban pajak.
BAB III
PEMBAHASAN
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA merupakan perusahaan
yang bergerak di pengolahan makanan khas masyarakat Pulau Belitung yang di
kalengkan. Perusahaan keluarga ini di jalankan oleh Eko Prasetyawan dan
Adik-Adiknya. Sebelum mendirikan PT. BELITONG LESTARI CITA RASA, Eko Prasetyawan
memiliki usaha restoran makanan khas masyarakat pulau belitung.
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA didirikan pada tanggal
29 juni 2011. Berlokasi di Desa Selinsing, Kecamatan Gantung, Kabupaten
Belitung Timur, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ide mengalengkan makanan
tersebut berawal dari keluhan wisatawan luar Pulau Belitung yang ingin
menjadikan gangan sebagai oleh-oleh. Keluhan tersebut lantas membuat Eko
Prasetyawan berpikir keras untuk memecahkan masalah tersebut. Anak pertama dari
pasangan suami istri Mukti dan Sarniati ini terinsvirasi dari kemasan ikan
sarden yang di kalengkan. Di dukung dengan hasil sumber daya laut yang melimpah
membuat Eko Prasetyawan semangkin memantapkan diri untuk lebih menjalankan
usaha tersebut.
3.1 Tujuan Didirikan
Di
lihat dari semangkin meningkatnya wisatawan yang datang dan berkunjung ke Pulau
Belitung setiap tahunnya, membuat Eko Prasetyawan seorang anak asli Pulau
Belitung mencoba untuk mengembangkan masakan gangan yang selama ini di kenal sebagai
makanan khas masyarakat Pulau Belitung. Ketersedian sumber daya hasil laut
yaitu ikan yang menjadi bahan utama dalam masakan tersebut dirasa tidak sulit
oleh penggemar olah raga motocross tersebut untuk mendapatkan bahan utama
pembuatan masakan gangan tersebut.
Berawal
dari restoran yang menjual makanan khas masyarakat Pulau Belitung serta masalah
yang di hadapi. Situasi ini membuat Eko Prasetyawan melihat peluang yang ada
dari banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Pulau Belitung setiap tahunnya.
Dengan melihat peluang serta konsep yang di milikinya, membuat Eko Prasetyawan
membulatkan tekatnya untuk mendirikan PT. BELITONG LESTARI CITA RASA.
Berdirinya
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA bukan hanya sebagai jawaban atas permasalahan
yang di hadapi oleh Eko Prasetyawan dalam membuka usaha restoran sebelumnya.
Lebih jauh dari itu Eko Prasetyawan memiliki visi untuk mengenalkan daerahnya
dengan masakan yang di kalengkan. Tujuan dari masakan gangan yang di kalengkan
adalah untuk mempermudah wisatawan yang ini membawa dan menjadikan oleh-oleh
khas dari Pulau Belitung.
3.2
Pemamfaatan Tenaga Kerja
Selama
ini masyarakat Pulau belitung lebih di kenal dengan mata pencarian sebagai
penambang timah. Dilihat dari konsi saat ini, ketersediaan lahan penambangan
yang kian hari kian menipis dan banyaknya masyarakat yang menambang semangkin
memperparah kondisi lingkungan di Pulau Belitung. Di lain sisi masyarakat tidak
menyadari dampak yang timbul dari pengambilah hasil tambang secara berlebihan.
Kerusakan hutan merupakan salah satu bukti akibat yang di timbulkan.
Melihat
kedepan, Eko Prasetyawan mulai mencari dan menelusuri lebih jauh permasalahn
yang akan di hadapai di waktu yang akan datang. Bagi dirinya tak seharusnya
kita harus bergantung dari hasil tambang yang kian hari kian menipis. Banyak
sumber daya alam yang bisa dan dapat di mamfaatkan untuk mensiasati
permasalahan yang akan di hadapai di waktu yang akan datang.
Dengan
melihat letas geografis Pulau Belitung yang di kelilingi oleh lautan. Sember
daya hasil lautnya yang menjadi jawaban untuk mensiasati permasalahan yang akan
di hadapi di waktu yang akan datang. Saat ini kekayaan sumber daya hasil laut
belum sepenuhnya dapat di mamfaatkan oleh masyarakat Pulau Belitung. Hal ini di
karenakan harga jual sumber daya hasil laut masih kalah jauh dengan harga Timah
yang sampai saat ini masih menjadi pilihan masyarakat Pulau belitung.
Berdirinya
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA di harapkan dapat mengalihkan perhatian
masyarakat yang selama ini masih terfokus pada hasil tambang. Tersedianya
lapangan pekerjaan di PT. BELITONG LESTARI CITA RASA membantu masyarakat
sekitar untuk menyiasati permasalahn yang akan di hadapi di kemudian hari.
Memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar merupakan jalan utama untuk
mengalihkan perhatian mereka pada hasil sumber daya laut yang melimpah.
3.3 Bahan Baku Yang Didapat
Melihat
letak geografis Pulau Belitung yang di kelilingi oleh lautan, hal ini tentu
saja berbanding terbalik dengan mata
pencarian masyarakat yang lebih terfokus pada hasil tambang. Sudah seharusnya
pemamfaatan hasil sumber daya laut yang di miliki Pulau Belitung untuk lebih di
tingkatkan.
Akan
tetapi di lain sisi permasalahan muncul buakan karena kurangnya hasil sumber
daya lautnya, melainkan siapa yang akan mengambil hasil sumber daya hasil laut
tersebut. Melihat kondisi masyarakat yang terfokus pada tambang, menimbulkan
pertanyaan akan bagaimana cara PT. BELITONG LESTARI CITA RASA untuk mendapatkan
bahan baku utama produk olahannya.
Pendiri
dari PT. BELITONG LESTARI CITA RASA, Eko Prasetyawan mengambil alternatif lain untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ia hadapai. Dengan memdirikan kelompok nelayan
lestari laut serta memberi pembekalan bagaimana cara memamfaatkan sumber daya
laut yang melimpah. Didirikannya kelompok nelayan lestari laut ini merupakan
usaha PT. BELITONG LESTARI CITA RASA untuk mendapatkan bahan baku utama produk
olahannya dengan memamfaatkan sumber daya manusia yang ada di sekitarnya.
3.4 Teknologi Yang Digunakan
Pemilik
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA dengan jelih melihat peluang yang ada dari
banyaknya kunjungan wisatawan yang datang ke Pulau Belitung. Masakan gangan
menjadi pilihan untuk di kembangkan dan diolah dengan tujuan memudahkan serta
meningkatkan nilai ekonomis dari masakan tersebut.
Melihat
situasi saat ini, pengalenganlah cara yang tepat. Terinsvirasi dari ikan sarden
yang di jual di toko-toko membuat Eko Prasetyawan mencoba untuk mengalengkan
masakan gangan tersebut.
3.5 Omset Penjualan
Berawal
dari restoran yang menyediakan makanan khas masyarakat Pulau Belitong. PT.
BELITONG LESTARI CITA RASA yang dimiliki oleh Eko Prasetyawan saat ini sudah
semangkin berkembang dan tumbuh dewasa. Perjuangan serta rintangan membuat Eko
Prasetyawan bisa tersenyum lebar menikmati dan menyaksikan hasil dari pada
jeripayahnya saat ini. Mental lah modal yang paling utama dalam memulai sebuah
bisnis serta ke telitian dalam menjalankan bisnis tersebut.
Produk
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA pun sudah tersebar hampir di seluruh toko yang
menjual oleh-oleh khas Belitung. Mengenalkan Pulau Belitung memlalui makanan
merupakan visi dari Eko Prasetyawan. Tak heran saat ini PT. BELITONG LESTARI
CITA RASA mampu memproduksi sekitar 50.000 kaleh makanan olahan khas Belitung
setiap bulannya, dengan harga jual Rp 50.000/kaleng. Jika di hidung omset
penjualan dari PT. BELITONG LESTARI CITA RASA kurang lebih Rp 2.500.000.000/bulannya.
Saat ini PT. BELITONG LESTARI CITA RASA telah memiliki karyawan sebanyak 100
orang.
Untuk
menyiasati pertumbuhan pasar dan selera konsumen. PT. BELITONG LESTARI CITA
RASA kini mulai melahirkan pariasi-pariasi bahan utama olahannya. Saat ini PT.
BELITONG LESTARI CITA RASA sudah memproduksi gangan daging sapi dan gangan
daging ayam yang tentuh saja masih menggunakan rembah-rembah asli sebagai
bumbunya.
3.6 Kendala Yang Dihadapi
Perjalanan
Eko Prasetyawan dalam memulai usaha dan mendirikan PT. BELITONG LESTARI CITA
RASA tak semudah apa yang di bayangkan. Kerja keras, mental yang di miliki dan
teliti dalam menjalankan usahanya adalah kunci sukses dari apa yang di hasilkan
selama ini.
Akan
tetapi, di setiap kesuksesan yang di capai oleh PT. BELITONG LESTARI CITA RASA
tak sedikit kendalah yang di hadapinya. Menurut Eko Prasetyawan, lingkungan
merupakan faktor yang paling penting, sebab jika di lihat sebagian besar
masyarakat di Pulau Belitung perprofesi sebagai penambang dan bukan sebagai
pekerja industri. Di tambah lagi minimnya teknologi yang di gunakan, untuk
memasok bahan mentah pembuatan kaleng, PT. BELITONG LESTARI CITA RASA harus
mamasok dari luar pulau belitung. Hal ini tentu saja menambah biaya produksi
dari PT. BELITONG LESTARI CITA RASA.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Banyak
wisatawan dari luar Pulau belitung yang ingin membawah Pulang masakan gangan
tersebut sebagan oleh-oleh dari liburan mereka, hal ini tentu saja menjadi
masalah yang berarti mengingat masakan gangan ini berkuah tentu saja
menyulitkan jika dibawah pulang sebagan oleh-oleh. Masalah ini tentu saja di
hadapi serius oleh Eko Prasetyawan yang memiliki keinginan untuk memajukan
daerahnya serta mengenalkan Pulau Belitung sebagai tempat wisata laut yang
tidak kalah bagusnya dari tempat-tempat wisata laut yang ada di Indonesia.
Dengan
melihat sumber daya hasil laut yang sangat melimpah serta keterbatasan
teknologi pengolahan sumber daya hasil laut yang masih tradisional. Kami
sebagai penulis mencoba membantu mengembangkan pengolahan sumber daya hasil
laut menjadi nilai tambah ekonomis bagi masyarakat Pulau belitung yang selama
ini sebagaian besar masyarakatnya bergantung pada hasi tambang timah yang
semangkin hari kian sulit.
PT.
BELITONG LESTARI CITA RASA merupakan perusahaan keluarga yang di dirikan oleh
Eko Prasetyawan yang merupakan pemilik restoran lestari cita Rasa. Perusahaan
ini bergerak di pengolahan makanan khas masyarakat Pulau Belitung yang di
kalengkat. Perusahaan ini memiliki visi
mengenalkan daerahnya dengan masakan yang di kalengkan. Tujuan dari masakan
gangan yang di kalengkan adalah untuk mempermudah wisatawan yang ini membawa
dan menjadikan gangan sebagai oleh-oleh dari Pulau Belitung dan menjadi nilai
ekonomis yang tinggi untuk memajukan perekonomian masyarakat di Pulau Belitung.
4.2 Saran
Bisnis
akan sukses bila pekerja dan pengusaha memahami peran masing-masing. Upaya
peningkatan kesejahteraan pekerja tidak akan terlaksana bila pengusaha tidak
memiliki kemampuan keuangan yang bagus. Peningkatan keuntungan perusahaan
menjadi dasar dalam perencanaan program kesejahteraan karyawan. Untuk itu,
setiap karyawan haruslah berusaha terus meningkatkan produktivitas kerjanya
supaya keuntungan perusahaan terus meningkat. Laba yang terus meningkat tentu
saja harus dibagi dengan karyawan dalam bentuk peningkatan gaji dan insentif,
pembelian seragam, rekreasi bersama keluarga, dan berbagai macam tunjangan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Amoako, K. Gyampah, 2003. The
Relationship among selected business environment factors and operational
strategy: insights from an emerging economy. Omega, 31, 287-301.
·
Autioe, A., & Lemanen, T. (1995).
Measurement and evaluation of technology transfer. International Journal of
Technology Management, 10, 643-664.
·
Badrie, M. A., Davis, D. & Davis, D.
2000. Operation strategy, environment uncertainty, and performance: a path
analytic model of industries in developing country, Omega, International
Journal of Management Science, 28, 155-173.
·
Bourgeois, L. J., 1980. Strategy and
environment: a conceptual integration. Academy of Management Review, 5 (1),
25-39.
·
Braglia, M., Petroni, A., 2000. Toward a
taxonomy of search pattern of manufacturing flexibility in small and medium
sized firm. Omega. 28, 195- 213.
·
Cagliano, R & Spina, G., 2000. How
improvement programs of manufacturing are selected: the role of strategic
priorities and past experience. International Journal of Production and
Operation Management, 20 (7), 772-791.
·
Demeter, K., 2003. Operational strategy
and competitiveness. International Journal of Production Economics, 81,
205-213. Gerwin, D., 1993. Manufacturing flexibility: a strategic perspective.
Management science, 39, 395-410.
·
Gordon, J., Sohal., 2000. Manufacturing
practice and competitive capability: an Australian study. Technovation, 19,
295-304.
·
Heizer, J., & Render, B., 2004.
Operation Management. Seventh Edition Pearson Education International. Imam
Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, Oktober 2006.
·
Lagace, G. K., Bourgault, M., 2003.
Linking manufacturing improvement
programs to competitive priorities of
Canadian SMEs. Technovation 23, 705-715.
·
Lena Ellitan & Lina Anatan, Manajemen
Strategi Operasi: Teori Dan Riset Di Indonesia. Alfa Beta, Bandung, 2008,
147-180.
·
Sohal, A.S. & Terziovsky, M 2000.
TQM in Australia manufacturing: factor critical to success. International
Journal of Quality and Reability Management, vol. 17 (2). pp.
158-167.
·
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Bisnis. Alfa Beta, Bandung. Swamidass, PM., Newell, W.T., 1987. Operational
strategy, environmental uncertainty and performance: a path analytic model. Manegement
Science, 33 (4), 509-524.
·
Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian
menggunakan SPSS. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009.
·
Warnock. I., 1996. Manufacturing and
Business Excellence : Stretegies, Techniques, and Technologies Prentiece
Hall Europe.
·
Ward, P.T., Duray, R., 2000. Operational
strategy in cuontex: envirnment, competitive strategy, and operational
strategy. Journal of Operation Management, 18, 123-138.
·
http://reycca.wordpress.com/2009/11/08/pengertian-lingkungan-bisnis/
ANALISIS
LINGKUNGAN DAN STRATEGI OPERASI TERHADAP PENCIPTAAN PRODUK PADA PT. BELITONG
LESTARI CITA RASA
MAKALAH
MANAJEMEN
OPERASI
Disusun
sebagai tugas perkuliahan semester III matakuliah Manajemen Operasi kelas 3D
Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Pakuan
Disusun
oleh:
Muflihanggana.
SB (021112142)
Andy
(021112149)
Eko
Prasetyawan (021112151)
Muhamad
Ruyani (021112161)
FAKULTAS
EKONOMI
UNIVERSITAS
PAKUAN
BOGOR
2013
KATA PENGANTAR
Puji
syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan hidayahNya
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kamu buat
guna memenuhi tugas perkuliahan semester 3 yaitu Manajemen Operasi mengenai
analisis lingkungan dan strategi operasi terhadap penciptaan peroduk pada PT.
BELITONG LESTARI CITA RASA. Dalam penyusunan makalah ini tak sedikit hambatan
yang kami hadapi, namun kami menyadari kelancaran dalam penyusunan dan
pembuatan makalah ini tidak lain berkat bimbingan dosen dan kerja sama kami
sebagai penulis, sehingga kendala yang kami hadapi dapat teratasi.
Kami
pun menyadari bahwa tugas ini tentu masih ada kekurangan, baik pada teknis
maupun materi, maka dari itu kami membutuhkan keritik dan saran demi
kesempurnaan makalah yang kami buat.
Kami
berharap makalah ini dapat bermamfaat khususnya untuk penulis dan pembaca agar
dapat menjadi acuan dan pembelajaran dalam memilih lokasi bisnis yang tepat
untuk usaha yang akan di jalaninya.
Bogor,
Oktober 2013
Penulis
DAFTAR
ISI
BAB I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang ……………………………………………………1
1.2
Rumusan Makalah ………………………………………………...3
BAB II. TINJAUAN
PUSTAKA
2.1
Lingkungan Bisnis ………………………………………………..5
2.1.1 Pengertian Lingkungan Bisnis ……………………………...5
2.1.2 Dimensi-Dimensi Lingkungan Bisnis ………………………5
2.2 Lingkungan Bisnis dan Strategi Operasi
………………………….6
2.3 Strategi
Operasi …………………………………………………...7
2.3.1 Pengertian Strategi Operasi …………………………………7
2.3.2 Dimensi-Dimensi Strategi Operasi …………………………8
2.4 Hubungan
Strategi Operasi Dengan Adopsi Teknologi …………10
2.5 Adopsi
Teknologi ………………………………………………..12
2.6 Adopsi Teknologi Sebagai Pemoderasi
Hubungan Strategi
Operasi Dan Kinerja Operasi …………………………………….13
2.7 Kinerja Oprasional ……………………………………………….14
2.8 Hubungan Lingkungan Bisnis, Strategi
Operasi dan Kinerja
Oprasional………………………………………………………...14
29. Pengertian Bisnis…………………………………………………16
2.10 Tujuan Bisnis……………………………………………………..17
2.11 Fungsi Bisnis …………………………………………………….18
2.11.1
Fungsi Mikro Bisnis ………………………………………...18
2.11.2
Fungsi Makro Bisnis ………………………………………..19
BAB III. PEMBAHASAN
3.1 Tujuan
Didirikan …………………………………………………20
3.2
Pemamfaatan Tenaga Kerja
……………………………………...21
3.3 Bahan Baku Yang Di dapat ……………………………………...22
3.4 Teknologi
Yang Digunakan ……………………………………..23
3.5 Omset
Penjualan …………………………………………………23
3.6 Kendala Yang
Dihadapi ………………………………………….24
BAB IV. PENUTUP
4.1 Simpulan …………………………………………………………26
4.2 Saran ……………………………………………………………..27
DAFTAR PUSTAKA
……………………………………………………...28
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pulau
Belitung merupakan pulau yang berada di propinsi Kepulauan Bangka Belitung.
Pulau yang di kenal dengan hasil tambang yaitu Timah ternyata memiliki kekayaan
sumber daya alam yang melimpah serta keindahan alam khususnya pantai yang
berpasir putih. Pulau Belitung juga di kenal sebagai tempat wisata yang cukup
terkenal di Indonesia. Banyak wisatawan yang berkunjung ke Pulau Belitung tidak
hanya untuk berlibur menikmati keindahan
pantai pasir putih, tetapi juga ingin menyicipi makanan khas pulau yang
di kenal dengan sebutan Negeri Laskar Pelangi tersebut.
Salah
satu berkah mencul ketika banyaknya wisatawan yang datang dan mengunjungi Pulau
Belitung adalah munculnya
peluang-peluang usaha yang dapat menambah lapangan pekerjaan bagi masyarakat di
Pulau Belitung. Bagi para wisatawan yang ingin menyicipi makanan khas
masyarakat Pulau Belitung maka tempat yang cocok untuk di kunjungi adalah Pantai
Tanjung Tinggi. Selain menikmati makanan khas masyarakat Pulau Belitung
wisatawan juga di manjakan dengan hamparan pasir putih dan bebatuan geranit
berukuran besar yang merupakan ikon dari Pantai Tanjung Tinggi. Salah satu
makanan khas masyarakat Pulau Belitung yang bisa di dapatkan di tempat itu
adalah gangan. Gangan merupakan masakan khas masyarakat Pulau Belitung yang
berbahan dasar ikan berkuah kuning. Mengingat Pulau Belitung di kelilingi oleh
lautan dan hasil perikanan yang cukup banyak, maka tak sulit untuk membuat
masakan gangan tersebut.
Di
lihat dari semangkin meningkatnya wisatawan yang datang dan berkunjung ke Pulau
Belitung setiap tahunnya, membuat Eko Prasetyawan seorang anak asli Pulau
Belitung mencoba untuk mengembangkan masakan gangan yang selama ini di kenal sebagai
makanan khas masyarakat Pulau Belitung. Ketersedian sumberdaya hasil laut yaitu
ikan yang menjadi bahan utama dalam masakan tersebut dirasa tidak sulit oleh
anak pertama dari pasangan suami istri Mukti dan Sarniati untuk mendapatkan
bahan utama pembuatan masakan gangan tersebut.
Situasi
saat ini membuat Eko Prasetyawan melihat peluang yang ada dari banyaknya
wisatawan yang berkunjung ke Pulau Belitung setiap tahunnya. Dengan melihat
peluang serta konsep yang di milikinya, membuat Eko Prasetyawan membulatkan
tekatnya untuk membuka restoran makanan Khas Belitung yang di beri nama Lestari
Cita Rasa. Restoran ini pun berdiri di Pantai Tanjung Tinggi yang menjadi
tempat wisata pantai yang terkenal di Pulau Belitung.
Seiring
berjalannya waktu, Restoran Lestari Cita Rasa pun semangkin banyak di kunjungi
wisatawan dari dalam dan luar Pulau Belitung. Selain menyediakan masakan khas
Belitung Restoran Lestari Cita Rasa pun memiliki tempat yang sangan strategis.
Posisi restoran yang menghadap ke laut merupakan salah satu penarik wisatawan
yang ingin menikmati masakan khas masyarakat Pulau Belitung sambil menikmati
keindahan Pantai Tanjung Tinggi yang sangat mempesona.
Banyak
wisatawan dari luar Pulau belitung yang ingin membawah pulang masakan gangan
tersebut sebagan oleh-oleh dari liburan mereka, hal ini tentu saja menjadi
masalah yang berarti mengingat masakan gangan ini berkuah tentu saja
menyulitkan jika dibawah pulang sebagan oleh-oleh. Masalah ini tentu saja di
hadapi serius oleh Eko Prasetyawan yang memiliki keinginan untuk memajukan
daerahnya serta mengenalkan Pulau Belitung sebagai tempat wisata laut yang
tidak kalah bagusnya dari tempat-tempat wisata laut yang ada di Indonesia.
Dengan
melihat sumberdaya hasil laut yang sangat melimpah serta keterbatasan teknologi
pengolahan sumberdaya hasil laut yang masih tradisional. Kami sebagai penulis
mencoba membantu mengembangkan pengolahan sumberdaya hasil laut menjadi nilai
tambah ekonomis bagi masyarakat Pulau Belitung yang selama ini sebagaian besar
masyarakatnya bergantung pada hasi tambang timah yang semangkin hari kian
sulit.
PT.
BELITUNG LESTARI CITA RASA merupakan perusahaan keluarga yang di dirikan oleh
Eko Prasetyawan yang merupakan pemilik restoran lestari citra Rasa. Perusahaan
ini bergerak di pengolahan makanan khas masyarakat Pulau Belitung yang di
kalengkat. Perusahaan ini memiliki visi
mengenalkan daerahnya dengan masakan yang di kalengkan. Tujuan dari masakan
gangan yang di kalengkan adalah untuk mempermudah wisatawan yang ini membawa
dan menjadikan gangan sebagai oleh-oleh dari Pulau Belitung dan menjadi nilai
ekonomis yang tinggi untuk memajukan perekonomian masyarakat di Pulau Belitung.
1.2 Rumusan Makalah
Berdasarkan latar
belakang diatas maka rumusan dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
·
Tujuan Didirikannya PT. BELITONG LESTARI
CITA RASA.
·
Pemamfaatan Tenaga Kerja Pada PT.
BELITONG LESTARI CITA RASA.
·
Bahan Baku Yang Didapat PT. BELITONG
LESTARI CITA RASA.
·
Teknologi Yang di Gunakan PT. BELITONG
LESTARI CITA RASA.
·
Omset Penjualan PT. BELITONG LESTARI
CITA RASA.
·
Kendala Yang Dihadapi PT. BELITONG
LESTARI CITA RASA
1.3
Tujuan Penulisan
Dengan melihat sumberdaya hasil laut yang
sangat melimpah serta keterbatasan teknologi pengolahan sumber daya hasil laut
yang masih tradisional. Kami sebagai penulis mencoba membantu mengembangkan
pengolahan sumber daya hasil laut menjadi nilai tambah ekonomis bagi masyarakat
Pulau Belitung yang selama ini sebagaian besar masyarakatnya bergantung pada
hasi tambang timah yang semangkin hari kian sulit.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Lingkungan Bisnis
2.1.1
Pengertian Lingkungan Bisnis
Lingkungan bisnis adalah segala sesuatu yang
mempengaruhi aktivitas bisnis dalam suatu lembaga organisasi atau perusahaan.
Dalam penelitian ini dimensi lingkungan bisnis yaitu biaya bisnis, ketersediaan
tenaga kerja, tingkat persaingan, dan dinamisme pasar.
2.1.2
Dimensi-Dimensi Lingkungan Bisnis
Lingkungan organisasi merupakan variabel yang sangat
penting dalam menentukan strategi bisnis perusahaan dan dipandang sebagai trend
perubahan yang dapat menciptakan kesempatan dan tantangan bagi organisasi
(Swamidass & Newell, 1987). Lingkungan bisnis menjadi elemen kausal dalam
hubungan strategi operasi dan kinerja bisnis perusahaan sehingga organisasi
perlu melakukan "scanning environment" secara
berkesinambungan untuk menjaga kelangsungan hidup organisasi.
Literatur konseptual tentang lingkungan bisnis telah
dikembangkan dalam literatur manajemen (Dess & Beard, 1984; Sharfanan &
Dean, 1991 dikutip dalam Badri et al., 2000). Dimensidimensi tersebut meliputi environmental
munificence, environmental dynamism, dan environmental complexity. Environmental
munificence merupakan tingkat dukungan lingkungan terhadap pertumbuhan
organisasi yang ada di dalamnya dan diukur melalui tiga hal yaitu biaya bisnis,
ketersediaan tenaga kerja, dan tingkat persaingan. Biaya bisnis mewakiIi semua
biaya produksi yang dibutuhkan perusahaan dalam kegiatan operasional.
Ketersediaan tenaga kerja mewakili focus pada pengurangan teknisi, clerical,
dan pekerja produksi. Tingkat persaingan mencakup fokus pada penurunan
permintaan baik dalam pasar lokal maupun pasar asing dan fokus pada profit
margin yang rendah dan standar kualitas permintaan.
Dinamisme lingkungan menunjukkan kondisi perubahan
lingkungan yang tidak dapat diprediksi (Dens & Beard, 1984 dikutip dalam
Ward et al, 1995). Kondisi ini mengukur tingkat produk dan jasa dalam proses,
dan tingkat perubahan selera, serta preferensi konsumen. Lingkungan yang dinamis
mengindikasikan suatu lingkungan yang berubah cepat dan diskontinu dalam
hal permintaan, pesaing, teknologi, dan peraturan seperti informasi yang tidak
akurat, tidak tersedia, dan ketinggalan jaman. Kompleksitas lingkungan mewakili
heterogenitas dalam aktivitas organisasi. Bourgeouis (1980) mengemukakan bahwa
kompleksitas lingkungan merupakan focus yang lebih relevan untuk strategi
perusahaan dari pada pada level analisis unit bisnis. Penyebab ketidakpastian
dan turbulensi lingkungan bisnis terkait dengan kebutuhan, selera konsumen,
peningkatan kompetisi, perubahan teknologi, dan isu sosial ekonomi (Braglia
& Petroni, 2000).
2.2 Lingkungan Bisnis dan Strategi
Operasi
Beberapa peneliti telah memberikan bukti empiris
atas pendapat yang menyatakan tentang adanya hubungan karusial antara
lingkungan yang dipersepsikan oleh manajer dan strategi operasi. Lingkungan
diperlakukan sebagai variabel penentu (precursor variable) yang
mempengaruhi pilihan prioritas kompetitif (biaya, kualitas, fleksibilitas, dan
pengiriman) perusahaan (Swammidass & Newell, 1987: Ward et al., 1995;
Badri, 2000). Perusahaan mengembangkan strategi operasi yang berbeda-beda untuk
menghadapi tantangan lingkungan yang dihadapi dalam aktivitas perusahaan,
karena strategi operasi merupakan perencanaan perusahaan untuk mengalolasikan
sumber daya yang dimiiki dan menggunakan kekuatan manufaktur untuk mencapai
peningkatan kinerja perusahaan.
Perusahaan
diharapkan mampu mengembangkan strategi yang memungkinkan proses minimalisasi
pengaruh lingkungan bisnis pada produksi dan biaya bisnis (Amoako &
Gyampah, 2003).
Perbaikan kualitas akan mempengaruhi peningkatan
kinerja bisnis perusahaan (Badri et al., 2000). Perbaikan kualitas juga akan
mengurangi biaya karena dengan melakukan sesuatu yang benar pada saat pertama
kali akan dapat mengeliminasi aktivitas yang tidak memberikan nilai tambah.
Fleksibilitas manufaktur merupakan kemampuan beradaptasi secara cepat dengan
perubahan yang ada dalam lingkngan bisnis. Braglia & Petroni (2000)
mengemukakakan bahwa akar kinerja manufaktur dalam perusahaan terletak pada
kapasitas perusahaan dalam merespon perubahan lingkungan yang diindikasikan
dengan ketidakpastian dan turbulensi. Oleh karena itu, diharapkan bahwa
dalam suatu lingkungan perusahaan manufaktur akan mencakup fleksibilitas
sebagai suatu pilihan strategi untuk merespon perubahan lingkungan yang
terjadi. Pengetahuan yang handal dan cepat merupakan komponen penting untuk
menciptakan loyalitas konsumen dan dapat dijadikan sebagai senjata kompetitif
perusahaan dalam persaingan bisnis. Dalam kondisi lingkungan yang diindikasikan
dengan peningkatan kompetisi dan tantangan, perusahaan perlu mempertimbangkan
strategi pengiriman untuk membangun loyalitas konsumen yang sangat diperlukan
untuk mewujudkan kesuksesan perusahaan (Amoako & Gyampah, 2003).
2.3 Strategi Operasi
2.3.1 Pengertian Strategi Operasi
Strategi Operasi adalah suatu visi fungsi operasi
yang menetapkan keseluruhan arah atau daya dorong untuk pengambilan keputusan.
Strategi operasional adalah seperangkat sasaran, rencana, dan kebijakan yang
menjabarkan bagaimana fungsi operasi menunjang strategi bisnis organisasi.
Beberapa definisi strategi operasi telah
diberikan dalam kepustakaan yang membantu menjelaskan dan mengembangkan
definisi dari strategi operasi diatas, meliputi: Schroeder, Anderson, dan
Cleveland (1986) mendefinisikan bahwa strategi operasi terdiri dari empat
komponen : misi (mission), tujuan (objectives), keunggulan khusus
(djstinctive competence), dan kebijakan (policies). Keempat
komponen ini membantu menegaskan tujuan apa yang akan dicapai dan bagaimana
akan mencapai tujuan itu. Hasil strategi akan membantu mengarahkan dalam
pengambilan keputusan pada seluruh tahap operasi.
Definisi lain telah diberikan oleh Hayes dan
Wheelwright (1984) yang mendefinisikan strategi operasi sebagai suatu pola yang
konsisten dalam keputusan operasi. Makin konsisten keputusan itu dan makin
besar tingkatan strategi operasi menujang strategi bisnis, maka akan makin
baik. Mereka lebih lanjut menegaskan bagaimana keputusan utama dalam operasi
dibaut dan dipadukan satu dengan yang lain. Wickham skinner (1985) menegaskan
strategi operasi berkenaan dengan hubungan antara keputusan dalam operasi dan strategi
korporasi.
2.3.2 Dimensi- Dimensi Strategi
Operasi
Strategi operasi dipandang sebagai kekuatan
manufaktur yang efektif yang merupakan senjata kompetitif untuk mendapai tujuan
bisnis dan perusahaan. Strategi operasi mempengaruhi tujuan dan strategi bisnis
yang memungkinkan fungsi-fungsi manufaktur untuk memberikan kontribusi dalam
meningkatkan daya saing perusahaan dalam jangka panjang (Hayes &
Wheelright, 1985 dikutip dalam Ward & Duray, 2000) . Heizer & Render
(2004) mengemukakan bahwa strategi operasi yang sukses tidak hanya harus
konsisten dengan permintaan konsumen, melainkan juga siklus hidup produk. Menurut
beberapa peneliti, strategi operasi mewakili prioritas kompetitif yang meliputi
biaya, kualitas, fleksibilitas, dan pengiriman (Wheelrwright, 1984; Leong et
al. 1990; Rothn & Van de Valde, 1991, Burgess et al, 1998).
Stonebraker dan Leong, 1994 (dikutip dalam Badri et
al., 2000) mendefinisikan strategi biaya sebagai produksi dan distribusi produk
dengan biaya terendah dan sumber daya tersisa yang minimum. Harga yang rendah
dapat meningkatkan permintaan produk atau jasa tapi juga mengurangi keuntngan
perusahaan jika produk atau jasa tidak dapat diproduksi pada harga yang lebih
memadai. Untuk dapat bersaing dalam lingkngan bisnis dengan berbasis pasar
biaya, seorang manajer manufacturer perlu menawarkan produk dan jasa
pada biaya per unit yang rendah baik biaya tenaga kerja, material, scrap, maupun
biaya overhead lainnya. Strategi kualitas didefinisikan sebagai
aktivitas
perusahaan untuk memproduksi produk yang sesuai dengan spesifikasi atau
memenuhi kebutuhan konsumen. Strategi kualitas memfokuskan pada pentingnya
memproduksi produk dan jasa yang dapat memuaskan spesifikasi dan kebutuhan
konsumen. Perusahaan perlu memperhatikan perbaikan kualitas sehingga dapta
mengurangi biaya produksi, karena dengan melakukan seuatu dengan benar saat pertama
kali barang dan jasa diproduksi dapat mengeliminasi “waste”. Perbaikan
kualitas merupakan salah satu cara bagi organisasi untuk
memperbaiki
kinerja bisnis (Ward et al., 1995).
Strategi
pengiriman meliputi kemampuan dalam merespon pemesanan konsumen. Leong et al.
(1990) mendefinisikan strategi pengiriman sebagai kemampuan pengiriman (dengan
memenuhi jadwal pengiriman maupun janji pengiriman) dan kecepatan pengiriman
(bertindak cepat atas pemesanan konsumen). Pengukuran kinerja pengiriman
menekankan pada aktivitas yang memfokuskan pada peningkatan reliabilitas
pengiriman misalnya pengiriman yang tepat waktu, akurasi dalam status
persediaan dan waktu tunggu pengiriman. Strategi fleksibilitas didefinisikan
sebagai kemampuan untuk merespon perubahan cepat dalam produk, jasa dan proses.
Fleksibilitas mencakup mesin, proses, produk, volume, dan lay out (Braglia
& Petroni, 2000). Fleksibilitas manufaktur didefinisikan sebagai kemapuan
perusahaan manufaktur untuk mengalokasikan dan mengalokasikan kembali sumber
daya yang dimiliki secara efektif dalam merespon perubahan lingkungan dan
kondisi internal (Gerwin, 1993).
2.4 Hubungan Strategi Operasi
Dengan Adopsi Teknologi
Literatur konseptual maupun empiris yang membahas
tentang hubungan antara strategi operasi dan teknologi telah ada sejak lama
(Skinner, 1974; Boyer & Pegell, 2000 ; Banerjee, 2000). Skinner (1974)
mengemukakan variasi prioritas strategik termasuk biaya, kualitas produk,
reliabilitas pengiriman, fleksibilitas dalam memproduksi produk baru secara
cepat dan fleksibilitas untuk merespon perubahan volume yang dapat dicapai
dengan menggunakan teknologi manufaktur. Efektivitas strategi operasi
perusahaan dapat diukur dengan menilai keterkaitan atau konsistensi antara
prioritas kompetitif yang menekankan dan merespon perubahan lingkungan
berdasarkan struktur dan infrastruktur operasi (Boyer & Pregell, 2000).
Tujuan utama dalam arsitektur strategi adalah memberikan pedoman bagi strategi
fungsional untuk mengembangkan road map terkait dengan identifikasi
kompetensi inti dan teknologi yang diperlukan dalam memuaskan kebutuhan bisnis
(Benerjee, 2000).
Beberapa studi empiris yang mengkaji tentang adanya
hubungan strategi operasi dan teknologi juga telah dilakukan beberapa peneliti
(Burgess et al., 1984; Cagliano dan Spina, 2000; Gordon & Sohal, 2000).
Burgess et al. (1998) mengeksplorasi aspek-aspek kunci perusahaan yang mencakup
prioritas kompetitif (strategi operasi), proses inovasi (adopsi teknologi), dan
kinerja perusahaan. Prioritas kompetitif mengindikasikan area proses mana yang
harus ditekankan untuk mencapai kinerja yang sukses. Cagliano dan Spina (2000)
mengeksplorasi basis empiris keselarasan strategik pilihan strategi operasi
yang merupakan prioritas kompetitif perusahaan dalam menentukan pilihan program
perbaikan. Tujuan manufaktur dapat dicapai jika program perbaikan (sekelompok
keputusan structural dan infrastructural yang diturunkan dari
pengalaman beberapa leading companies yang telah dibuktikan
kesuksesannya) didasarkan pada prioritas kompetitif. Survei pada perusahaan
manufaktur di Australia dan Canada yang dilakukan oleh Gordon & Sohal
(2000) memfokuskan pada isu terkait dengan prioritas kompetitif perusahaan,
adopsi teknologi dan 22 dimensi kinerja. Hasil penelitian menemukan bahwa
keunggulan kompetitif dapat dicapai jika perusahaan menetapkan prioritas
kompetitif dan mengadopsi serta mengimplementasikan teknologi.
Chase et. al. (2001) mengemukakan beberapa alasan
perlunya mengadopsi teknologi untuk mencapai tujuan perusahaan yang terkait
dengan prioritas kompetitif, yaitu: Pertama, alasan biaya. Aplikasi teknologi
dalam perusahaan dapat menurunkan biaya dengan cara menurunkan biaya material,
tenaga kerja, biaya distribusi. Alasan kedua, kualitas, aplikasi teknologi
dapat meningkatkan kualitas produk dan inovasi dengan cara meminimalkan tingkat
kerusakan produk dan mengeliminasi sumber daya terbuang. Alasan ketiga,
fleksibilitas, aplikasi teknologi bermanfaat untuk meningkatkan variasi produk
dan pencapaian extensive customization. Untuk memperoleh peningkatan
pangsa pasar dalam lingkungan kompetitif, perusahaan harus lebih fleksibel
dalam operasi dan memuaskan segmen pasar, sehingga aplikasi teknologi sangat
diperlukan untk mendukung pencapaian tujuan fleksibilitas perusahaan. Alasan keempat,
pengiriman, teknologi mendukung terciptanya kecepatan pengiriman yang diukur
melalui lead time (waktu tunggu) yang diperlukan. Misalnya, aplikasi EDI
(electronic data interchange) dan mesin fax secara otomatis dapt
menurunkan waktu yang diperlukan untuk mengirimkan informasi dari satu lokasi
ke lokasi yang lain dan menurunkan waktu tunggu untuk pelayanan maupun operasi.
Penelitian Sulaiman et al (2003) dilakukan dengan berdasarkan
kerangka contingency untuk membuktikan bahwa teknologi dan lingkungan
memoderasi hubungan antara strategi bisnis dan kinerja perusahaan. Dari
perspektif kontingensi, teknologi dipandang sebagai moderating variable. Teknologi
memberikan kesempatan bati perusahaan untuk memperoleh keunggulan kompetitif.
Tetapi untuk mendapatkan keunggulan kompetitif, perusahaan perlu menyelaraskan
teknologi dengan manufacturing task untuk memperbaiki kinerja
perusahaan. Hasil studi menunjukan bahwa teknologi dan lingkungan memoderasi
hubungan antara strategi bisnis dan kinerja perusahaan. Model penelitian
Sulaiman et al (2003) dikembangkan berdasarkan pendekatan contingency yang
menetapkan bahwa kesuksesan kinerja perusahaan dipengaruhi oleh kapabilitas
perusahaan terkait dengan contingency atau moderating variable
seperti teknologi dan lingkungan.
2.5 Adopsi Teknologi
Teknologi didefinisikan sebagai kemampuan mengenali
masalah-masalah teknis dan mengeksploitasi konsep-konsep yang dapat memecahkan
masalah teknis yang ada. Teknologi merupakan peralatan atau perangkat, seperti equipment,
software, dan hardware yang digunakan untuk memecahkan masalah
operasional secara efektif dalam suatu organisasi (Autioe & Leimanen,
1995).
Kompetisi bisnis saat ini menuntut perusahaan untuk
mengambil tindakan penting, yaitu ; memilih satu atau lebih soft technology yang
ada yaitu JIT (Just In Time), TQM (Total Quality Management), MRP
(Material Requirement Planning), dan TPM (Total Productive Maintenance).
TQM adalah optimasi kinerja pada semua bagian dan fungsi operasi, prosedur,
system, pengendalian, struktur, dan kultur organisasi (Warnock, 1996). TQM
merupakan program perbaikan terus menerus yang dilakukan secara bertahap dan
tidak pernah berakhir (Sohal & Terziovsky, 2000). JIT merupakan seperangkat
metode atau teknik yang diaplikasikan pada sitem pembelian fungsi pabrikasi dan
fungsi pengiriman . Filosofi JIT yaitu mengeliminasi semua aktivitas yang tidak
penting dan tidak memberikan nilai tambah dimanapun aktivitas itu berada (Yasin
& Wafa, 1997). MRP merupakan teknik permintaan dependen yang menggunakan bill
of material, persediaan , expected received, dan MPS (master
production schedule) untk menentukan kebutuhan material (Heizer &
Render, 2004). Sedangkan TPM adalah pendekatan inovatif untuk perawatan
peralatan (hardware atau software) dan mesin pabrik. Implementasi
TPM memerikan kontribusi dalam mengurangi work in progress,
meningkatkan kualitas produk, mengurangi waktu siklus produks, dan sangat
efektif untuk optimasi mesin dan peralatan (Tsang & Chan, 2000).
2.6
Adopsi Teknologi Sebagai Pemoderasi Hubungan Strategi Operasi dan Kinerja Oprasional
Beberapa isu manufaktur yang menjadi tantangan
perusahaan selama ini adalah bagaimana mengurangi lead time untuk
memuaskan konsumen, pengenalan produk baru yang lebih cepat ke pasar,
fleksibilitas dalam beradaptasi dengan perubahan dalam pasar, memperbaiki
kualitas produk dan pelayanan konsumen (Sun, 2000). Penggunaan teknologi
menawarkan cara untk memperbaiki produk yang di desain, dikembangkan dan dijual
pada pasar industrial. Teknologi menjadi senjata yang bernilai bagi perusahaan
untk menghadapi peningkatan tantangan dalam industry manufaktur (Hunt, 1989;
Noori, 1990 dikutip dalam Lagace & Bourgault, 2003). Melalui aplikasi teknologi,
perusahaan dapat mengurangi aktivitas yang tidak menghasilkan nilai tambah yang
cenderung menjadi beban biaya produksi pada setiap aktivitas produksi. Selain
itu melalui aplikasi teknologi, proses fleksibel yang memungkinkan perusahaan
untuk menawarkan range produk dan melakukan perbaikan efisiensi dapat
ditingkatkan (Lagace & Baourgault, 2003).
Sulaiman et. al. (2003) juga mengemukakan perlunya
menyelaraskan teknologi dengan strategi perusahaan. Perusahaan yang melakukan
adopsi teknologi dengan strategi akan dapat memperbaiki kinerja perusahaan.
Teknologi dipandang sebagai variabel pemoderasi yang penting dalam mempengaruhi
hubungan strategi bisnis dengan kinerja perusahaan. Hasil penelitian menunjukan
bahwa adopsi teknologi memoderasi hubungan strategi perusahaan dengan kinerja
perusahaan.
2.7 Kinerja Oprasional
Kinerja operasional adalah kesesuaian proses dan
evaluasi kinerjadari operasi in ternal perusahaan pada kondisi atau memenuhi
persyaratan dari segi biaya, pelayanan pelanggan, pengiriman barang kepada
pelanggan, kualitas, fleksibilitas dan kualitas proses produk/jasa (Brah dan
Lim, 2006). Kinerja perusahaan sangat terkait erat dengan system pengendalian
manajemen perusahaan yang bersangkutan. Ketepatan ukuran kinerja yang digunakan
dalam suatu penelitian tergantung pada situasi dan keunikan kondisi dalam suatu
studi. Sangat sulit untuk menetapkan ukuran tunggal kesuksesan bisnis. Oleh
karena itu, keteerkaitan antara manufaktur dengan semua ukuran yang tersedia
dan diterima secara umum perlu dianalisa (Demeter, 2003). Dalam penelitian ini
kinerja operasional diukur melalui biaya produk per unit, kualitas proses,
kualitas produk, kemampuan menangani perubahan jumlah permintaan, kemampuan memenuhi
perubahan selera pelanggan, pengiriman tepat pada waktunya, kemampuan
pengiriman sebelum waktu yang ditentukan (Leong et al., 1990).
2.8 Hubungan Lingkungan Bisnis,
Strategi Operasi dan Kinerja Oprasional
Ward & Duray (2000) mengemukakan bahwa penelitian
di bidang manajemen operasi yang memfokuskan pada strategi operasi dan
faktorfaktor yang mempengaruhinya, seperti lingkungan bisnis, dengan
menggunakan metode empiris mengalami peningkatan pada kinerja operasional.
Dalam berbagai penelitian tersebut, variabel lingkungan diperlakukan sebagai precursor
variable atau variabel penentu yang mempengaruhi pilihan prioritas
kompetitif perusahaan (Swammidas & Newell, 1987; Ward et al., 1995; Badri
et al. 2000; Ward & Duray, 2000).
Beberapa studi yang memfokuskan pada strategi
operasi dan faktor-faktor yang mempengaruhinya, seperti ketidakpastian
lingkungan dilakukan oleh Swamidass & Newell (1987), Ward et al.
(1995), Badri et al. (2000), Amoako & Gyampah (2003).
Swamidass& Newell (1987) meneliti hubungan kausal antara ketidakpastian
lingkungan dan strategi operasi (secara spesifik pada strategi fleksibilitas)
dan peran manajer operasional dalam pengambilan keputusan strategik . Hasil
penelitian menunjukan bahwa kinerja perusahaan menurun seiring dengan peningkatan
ketidakpastian lingkungan.
Ward et al. (1995) dan Badri et al. (2000) menguji
hubungan faktor-faktor lingkungan dan pilihan strategi operasi diantara
perusahaan-perusahaan di Singapura dan Uni Emirat Arab. Secara spesifik
penelitian ini dilakukan untuk menguji hubungan antara faktor-faktor lingkungan
(biaya bisnis, ketersediaan tenaga kerja, tingkat persaingan, dan dinamisme
pasar) dan pilihan strategi operasi yang meliputi pilihan strategi biaya
rendah, kualitas, fleksibilitas, dan pengiriman. Hasil penelitian ini
menunjukkan adanya hubungan yang kuat antara faktorfaktor lingkungan terhadap
pilihan strategi operasi (Ward et al., 1995). Hasil penelitian Badri et al.
(2000) menunjukkan bahwa pemisahaan dengan kinerja tinggi akan menyesuaikan
kompleksitas lingkungan eksternal dengan menggunakan variabel lingkungan
sebagai sumber pengendalian yang efektf dalam organisasi.
Amoako & Gyampah (2003) menguji model
keterkaitan factor-faktor lingkungan dengan pilihan strategi operasi untuk
memberikan bukti empiris bahwa model tersebut dapat diaplikasikan dalam kondisi
lingkungan yang berbeda pada negara sedang berkembang. Studi dilakukan pada
perusahaan manufaktur di Ghana, dan menguji pengaruh faktor ukuran perusahaan
dan kepemilikan modal terhadap keputusan pilihan strategi operasi dalam
lingkungan bisnis tersebut. Hasil studi menunjukan bahwa faktor-faktor
lingkungan bisnis mempengaruhi pilihan strategi operasi. Pengaruh faktor-faktor
lingkungan tergantung pada ukuran perusahaan dan juga kepemilikan modal oleh
perusahaan asing. Berikut ini akan di bahas masing-masing variabel penelitian
yang menguji keterkaitan antara lingkungan bisnis, strategi operasi, adopsi
teknologi dan kinerja operasional.
2.9 Pengertian Bisnis
Bisnis
adalah suatu organisasi yang menjual barang atau jasa kepada konsumen atau
bisnis lainnya untuk mendapatkan laba sebesar-besarnya. Secara historis bisnis
berasal dari bahasa business yang berasal dari kata dasar busy yang bearti
“sibuk”. Dalam artian sibuk mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang mendatangkan
keuntungan. Dalam ekonomi kapitalis, kebanyakan bisnis dimiliki dan dikuasai
oleh pihak swasta. Bisnis dibentuk untuk mendapatkan profit dan meningkatkan
kemakmuran para pemiliknya.
Secara
etimologi, bisnis adalah keadaan dimana seseorang atau sekelompok orang sibuk
melakukan suatu pekerjaan yang meghasilkan keuntungan. Secara luas bisnis
adalah suatu kegiatan yang dilakukan individu atau sekelompok orang yang
menciptakan nilai melalui penciptaan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan
masyarakat dan keuntungan yang maksimal melalui transaksi.
Ada
beberapa definisi bisnis dari beberapa tokoh diantaranya:
a. Menurut
Brown dan Petrello
Bisnis
adalah suatu lembaga yang menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan oleh
masyarakat sambil memperoleh laba. (1976)
b. Menurut
Steinford
Bisnis
adalah sebagai aktivitas yang menyediakan barang atau jasa yang di perlukan
atau diinginkan oleh konsumen. (1979)
c. Menurut
Griffin dan Ebert
Bisnis
merupakan suatu organisasi yang menyediakan barang dan jasa yang bertujuan
menghasilkan profit atau laba. (1996)
d. Menurut
Hughes dan Kapoor
Bisnis
adalah suatu kegiatan usaha individu yang terorganisasi untuk menghasilkan
sekaligus menjual barang dan jasa guna mendapatkan keuntungan dalam memenuhi
kebutuhan masyarakat dan ada dalam industry.
e. Menurut
Allan Afuah
Bisnis
adalah sekumpulan aktivitas yang dilakukan untuk menciptakan dengan cara
mengembangkan dan mentransformasi berbagai sumber daya menjadi barang atau jasa
yang diinginkan konsumen. (2004)
f. Menurut
Glos, Steade, dan Lowry
Bisnis
merupakn jumlah seluruh kegiatan yang terorganisir oleh orang-orang yang
berkecimpung dalam bidang perniagaan dan industry yang menyediakan barang dan
jasa untuk kebutuhan mempertahankan dan memperbaiki standard serta kualitas
hidup mereka.
g. Menurut
Musselman dan Jackson
Bisnis
merupakan suatu aktivitas yang memenuhi kebutahan dan keinginan ekonomis
masyarakat dan perusahaan di organisasikan untuk terlibat dalam aktivitas
tersebut.
2.10 Tujuan bisnis
Dalam
berbisnis atau berwirausaha adalah berusaha mengelolah barang untuk dijadikan
produk yang diperlukan oleh konsumen yaitu barang dan jasa. Sedangkan tujuan
dari perusahaan adalah mendapatkan laba maksimal, yaitu suatu imbalan yang
diperoleh perusahaan dari penyediaan suatu produk bagi para konsumen.
2.11Fungsi
Bisnis
Bisnis
mempunyai beberapa fungsi menurut para tokoh yaitu fungsi dalam bentuk mikro
dan makro. Menurut Steinhoff (1979.17)
Fungsi
yang dilakukan oleh aktifitas bisnis dapat dikelompokkan dalam tiga fungsi
dasar, yaitu:
·
Acquiring Raw Materials (memperoleh
bahan baku)
·
Manufacturing Raw Materials Inti
Products
·
Distributing Products to Consumers
2.11.1Fungsi
Mikro Bisnis
Merupakan
konstribusi kepada pihak yang berperan langsung, yaitu:
·
Pekerja atau Karyawan
Pekerja menginginkan
gaji yang layak dari hasil kinerjanya, sedangkan manajer menginginkan kinerja
yang tinggi dari karyawannya yang ditunjukkan dengan omset penjualan dan profit
(laba).
·
Dewan Komisaris
Mengawasi dan memantau
kegiatan manajemen dan memastikan kegiatan berjalan dengan baik, sehingga
tercapainya tujuan dari perusahaan.
·
Pemegang Saham
Investor memiliki kepentingan dan
tanggung jawab tertentu terhadap suatu perusahaan.
2.11.2Fungsi
Makro Bisnis
Merupakan
konstribusi kepada pihak yang tidak terlibat secara langsung, yaitu:
·
Masyarakat sekitar perusahaan
Memberikan konstribusi
kepada masyarakat sekitar sebagai bentuk tanggung jawab perusahaan. Berupa
bantuan sosial atau biasiswa kepada masyarakat sekitar perusahaan yang masih
mengenyam bangku pendidikan.
·
Bangsa dan Negara
Tanggung jawab kepada bangsa dan
Negara diwujudkan dengan kita membayar kewajiban pajak.
BAB III
PEMBAHASAN
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA merupakan perusahaan
yang bergerak di pengolahan makanan khas masyarakat Pulau Belitung yang di
kalengkan. Perusahaan keluarga ini di jalankan oleh Eko Prasetyawan dan
Adik-Adiknya. Sebelum mendirikan PT. BELITONG LESTARI CITA RASA, Eko Prasetyawan
memiliki usaha restoran makanan khas masyarakat pulau belitung.
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA didirikan pada tanggal
29 juni 2011. Berlokasi di Desa Selinsing, Kecamatan Gantung, Kabupaten
Belitung Timur, Propinsi Kepulauan Bangka Belitung. Ide mengalengkan makanan
tersebut berawal dari keluhan wisatawan luar Pulau Belitung yang ingin
menjadikan gangan sebagai oleh-oleh. Keluhan tersebut lantas membuat Eko
Prasetyawan berpikir keras untuk memecahkan masalah tersebut. Anak pertama dari
pasangan suami istri Mukti dan Sarniati ini terinsvirasi dari kemasan ikan
sarden yang di kalengkan. Di dukung dengan hasil sumber daya laut yang melimpah
membuat Eko Prasetyawan semangkin memantapkan diri untuk lebih menjalankan
usaha tersebut.
3.1 Tujuan Didirikan
Di
lihat dari semangkin meningkatnya wisatawan yang datang dan berkunjung ke Pulau
Belitung setiap tahunnya, membuat Eko Prasetyawan seorang anak asli Pulau
Belitung mencoba untuk mengembangkan masakan gangan yang selama ini di kenal sebagai
makanan khas masyarakat Pulau Belitung. Ketersedian sumber daya hasil laut
yaitu ikan yang menjadi bahan utama dalam masakan tersebut dirasa tidak sulit
oleh penggemar olah raga motocross tersebut untuk mendapatkan bahan utama
pembuatan masakan gangan tersebut.
Berawal
dari restoran yang menjual makanan khas masyarakat Pulau Belitung serta masalah
yang di hadapi. Situasi ini membuat Eko Prasetyawan melihat peluang yang ada
dari banyaknya wisatawan yang berkunjung ke Pulau Belitung setiap tahunnya.
Dengan melihat peluang serta konsep yang di milikinya, membuat Eko Prasetyawan
membulatkan tekatnya untuk mendirikan PT. BELITONG LESTARI CITA RASA.
Berdirinya
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA bukan hanya sebagai jawaban atas permasalahan
yang di hadapi oleh Eko Prasetyawan dalam membuka usaha restoran sebelumnya.
Lebih jauh dari itu Eko Prasetyawan memiliki visi untuk mengenalkan daerahnya
dengan masakan yang di kalengkan. Tujuan dari masakan gangan yang di kalengkan
adalah untuk mempermudah wisatawan yang ini membawa dan menjadikan oleh-oleh
khas dari Pulau Belitung.
3.2
Pemamfaatan Tenaga Kerja
Selama
ini masyarakat Pulau belitung lebih di kenal dengan mata pencarian sebagai
penambang timah. Dilihat dari konsi saat ini, ketersediaan lahan penambangan
yang kian hari kian menipis dan banyaknya masyarakat yang menambang semangkin
memperparah kondisi lingkungan di Pulau Belitung. Di lain sisi masyarakat tidak
menyadari dampak yang timbul dari pengambilah hasil tambang secara berlebihan.
Kerusakan hutan merupakan salah satu bukti akibat yang di timbulkan.
Melihat
kedepan, Eko Prasetyawan mulai mencari dan menelusuri lebih jauh permasalahn
yang akan di hadapai di waktu yang akan datang. Bagi dirinya tak seharusnya
kita harus bergantung dari hasil tambang yang kian hari kian menipis. Banyak
sumber daya alam yang bisa dan dapat di mamfaatkan untuk mensiasati
permasalahan yang akan di hadapai di waktu yang akan datang.
Dengan
melihat letas geografis Pulau Belitung yang di kelilingi oleh lautan. Sember
daya hasil lautnya yang menjadi jawaban untuk mensiasati permasalahan yang akan
di hadapi di waktu yang akan datang. Saat ini kekayaan sumber daya hasil laut
belum sepenuhnya dapat di mamfaatkan oleh masyarakat Pulau Belitung. Hal ini di
karenakan harga jual sumber daya hasil laut masih kalah jauh dengan harga Timah
yang sampai saat ini masih menjadi pilihan masyarakat Pulau belitung.
Berdirinya
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA di harapkan dapat mengalihkan perhatian
masyarakat yang selama ini masih terfokus pada hasil tambang. Tersedianya
lapangan pekerjaan di PT. BELITONG LESTARI CITA RASA membantu masyarakat
sekitar untuk menyiasati permasalahn yang akan di hadapi di kemudian hari.
Memberikan pelatihan kepada masyarakat sekitar merupakan jalan utama untuk
mengalihkan perhatian mereka pada hasil sumber daya laut yang melimpah.
3.3 Bahan Baku Yang Didapat
Melihat
letak geografis Pulau Belitung yang di kelilingi oleh lautan, hal ini tentu
saja berbanding terbalik dengan mata
pencarian masyarakat yang lebih terfokus pada hasil tambang. Sudah seharusnya
pemamfaatan hasil sumber daya laut yang di miliki Pulau Belitung untuk lebih di
tingkatkan.
Akan
tetapi di lain sisi permasalahan muncul buakan karena kurangnya hasil sumber
daya lautnya, melainkan siapa yang akan mengambil hasil sumber daya hasil laut
tersebut. Melihat kondisi masyarakat yang terfokus pada tambang, menimbulkan
pertanyaan akan bagaimana cara PT. BELITONG LESTARI CITA RASA untuk mendapatkan
bahan baku utama produk olahannya.
Pendiri
dari PT. BELITONG LESTARI CITA RASA, Eko Prasetyawan mengambil alternatif lain untuk mengatasi
permasalahan-permasalahan yang ia hadapai. Dengan memdirikan kelompok nelayan
lestari laut serta memberi pembekalan bagaimana cara memamfaatkan sumber daya
laut yang melimpah. Didirikannya kelompok nelayan lestari laut ini merupakan
usaha PT. BELITONG LESTARI CITA RASA untuk mendapatkan bahan baku utama produk
olahannya dengan memamfaatkan sumber daya manusia yang ada di sekitarnya.
3.4 Teknologi Yang Digunakan
Pemilik
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA dengan jelih melihat peluang yang ada dari
banyaknya kunjungan wisatawan yang datang ke Pulau Belitung. Masakan gangan
menjadi pilihan untuk di kembangkan dan diolah dengan tujuan memudahkan serta
meningkatkan nilai ekonomis dari masakan tersebut.
Melihat
situasi saat ini, pengalenganlah cara yang tepat. Terinsvirasi dari ikan sarden
yang di jual di toko-toko membuat Eko Prasetyawan mencoba untuk mengalengkan
masakan gangan tersebut.
3.5 Omset Penjualan
Berawal
dari restoran yang menyediakan makanan khas masyarakat Pulau Belitong. PT.
BELITONG LESTARI CITA RASA yang dimiliki oleh Eko Prasetyawan saat ini sudah
semangkin berkembang dan tumbuh dewasa. Perjuangan serta rintangan membuat Eko
Prasetyawan bisa tersenyum lebar menikmati dan menyaksikan hasil dari pada
jeripayahnya saat ini. Mental lah modal yang paling utama dalam memulai sebuah
bisnis serta ke telitian dalam menjalankan bisnis tersebut.
Produk
PT. BELITONG LESTARI CITA RASA pun sudah tersebar hampir di seluruh toko yang
menjual oleh-oleh khas Belitung. Mengenalkan Pulau Belitung memlalui makanan
merupakan visi dari Eko Prasetyawan. Tak heran saat ini PT. BELITONG LESTARI
CITA RASA mampu memproduksi sekitar 50.000 kaleh makanan olahan khas Belitung
setiap bulannya, dengan harga jual Rp 50.000/kaleng. Jika di hidung omset
penjualan dari PT. BELITONG LESTARI CITA RASA kurang lebih Rp 2.500.000.000/bulannya.
Saat ini PT. BELITONG LESTARI CITA RASA telah memiliki karyawan sebanyak 100
orang.
Untuk
menyiasati pertumbuhan pasar dan selera konsumen. PT. BELITONG LESTARI CITA
RASA kini mulai melahirkan pariasi-pariasi bahan utama olahannya. Saat ini PT.
BELITONG LESTARI CITA RASA sudah memproduksi gangan daging sapi dan gangan
daging ayam yang tentuh saja masih menggunakan rembah-rembah asli sebagai
bumbunya.
3.6 Kendala Yang Dihadapi
Perjalanan
Eko Prasetyawan dalam memulai usaha dan mendirikan PT. BELITONG LESTARI CITA
RASA tak semudah apa yang di bayangkan. Kerja keras, mental yang di miliki dan
teliti dalam menjalankan usahanya adalah kunci sukses dari apa yang di hasilkan
selama ini.
Akan
tetapi, di setiap kesuksesan yang di capai oleh PT. BELITONG LESTARI CITA RASA
tak sedikit kendalah yang di hadapinya. Menurut Eko Prasetyawan, lingkungan
merupakan faktor yang paling penting, sebab jika di lihat sebagian besar
masyarakat di Pulau Belitung perprofesi sebagai penambang dan bukan sebagai
pekerja industri. Di tambah lagi minimnya teknologi yang di gunakan, untuk
memasok bahan mentah pembuatan kaleng, PT. BELITONG LESTARI CITA RASA harus
mamasok dari luar pulau belitung. Hal ini tentu saja menambah biaya produksi
dari PT. BELITONG LESTARI CITA RASA.
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Simpulan
Banyak
wisatawan dari luar Pulau belitung yang ingin membawah Pulang masakan gangan
tersebut sebagan oleh-oleh dari liburan mereka, hal ini tentu saja menjadi
masalah yang berarti mengingat masakan gangan ini berkuah tentu saja
menyulitkan jika dibawah pulang sebagan oleh-oleh. Masalah ini tentu saja di
hadapi serius oleh Eko Prasetyawan yang memiliki keinginan untuk memajukan
daerahnya serta mengenalkan Pulau Belitung sebagai tempat wisata laut yang
tidak kalah bagusnya dari tempat-tempat wisata laut yang ada di Indonesia.
Dengan
melihat sumber daya hasil laut yang sangat melimpah serta keterbatasan
teknologi pengolahan sumber daya hasil laut yang masih tradisional. Kami
sebagai penulis mencoba membantu mengembangkan pengolahan sumber daya hasil
laut menjadi nilai tambah ekonomis bagi masyarakat Pulau belitung yang selama
ini sebagaian besar masyarakatnya bergantung pada hasi tambang timah yang
semangkin hari kian sulit.
PT.
BELITONG LESTARI CITA RASA merupakan perusahaan keluarga yang di dirikan oleh
Eko Prasetyawan yang merupakan pemilik restoran lestari cita Rasa. Perusahaan
ini bergerak di pengolahan makanan khas masyarakat Pulau Belitung yang di
kalengkat. Perusahaan ini memiliki visi
mengenalkan daerahnya dengan masakan yang di kalengkan. Tujuan dari masakan
gangan yang di kalengkan adalah untuk mempermudah wisatawan yang ini membawa
dan menjadikan gangan sebagai oleh-oleh dari Pulau Belitung dan menjadi nilai
ekonomis yang tinggi untuk memajukan perekonomian masyarakat di Pulau Belitung.
4.2 Saran
Bisnis
akan sukses bila pekerja dan pengusaha memahami peran masing-masing. Upaya
peningkatan kesejahteraan pekerja tidak akan terlaksana bila pengusaha tidak
memiliki kemampuan keuangan yang bagus. Peningkatan keuntungan perusahaan
menjadi dasar dalam perencanaan program kesejahteraan karyawan. Untuk itu,
setiap karyawan haruslah berusaha terus meningkatkan produktivitas kerjanya
supaya keuntungan perusahaan terus meningkat. Laba yang terus meningkat tentu
saja harus dibagi dengan karyawan dalam bentuk peningkatan gaji dan insentif,
pembelian seragam, rekreasi bersama keluarga, dan berbagai macam tunjangan
lainnya.
DAFTAR PUSTAKA
·
Amoako, K. Gyampah, 2003. The
Relationship among selected business environment factors and operational
strategy: insights from an emerging economy. Omega, 31, 287-301.
·
Autioe, A., & Lemanen, T. (1995).
Measurement and evaluation of technology transfer. International Journal of
Technology Management, 10, 643-664.
·
Badrie, M. A., Davis, D. & Davis, D.
2000. Operation strategy, environment uncertainty, and performance: a path
analytic model of industries in developing country, Omega, International
Journal of Management Science, 28, 155-173.
·
Bourgeois, L. J., 1980. Strategy and
environment: a conceptual integration. Academy of Management Review, 5 (1),
25-39.
·
Braglia, M., Petroni, A., 2000. Toward a
taxonomy of search pattern of manufacturing flexibility in small and medium
sized firm. Omega. 28, 195- 213.
·
Cagliano, R & Spina, G., 2000. How
improvement programs of manufacturing are selected: the role of strategic
priorities and past experience. International Journal of Production and
Operation Management, 20 (7), 772-791.
·
Demeter, K., 2003. Operational strategy
and competitiveness. International Journal of Production Economics, 81,
205-213. Gerwin, D., 1993. Manufacturing flexibility: a strategic perspective.
Management science, 39, 395-410.
·
Gordon, J., Sohal., 2000. Manufacturing
practice and competitive capability: an Australian study. Technovation, 19,
295-304.
·
Heizer, J., & Render, B., 2004.
Operation Management. Seventh Edition Pearson Education International. Imam
Ghozali, Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Badan
Penerbit Universitas Diponegoro, Semarang, Oktober 2006.
·
Lagace, G. K., Bourgault, M., 2003.
Linking manufacturing improvement
programs to competitive priorities of
Canadian SMEs. Technovation 23, 705-715.
·
Lena Ellitan & Lina Anatan, Manajemen
Strategi Operasi: Teori Dan Riset Di Indonesia. Alfa Beta, Bandung, 2008,
147-180.
·
Sohal, A.S. & Terziovsky, M 2000.
TQM in Australia manufacturing: factor critical to success. International
Journal of Quality and Reability Management, vol. 17 (2). pp.
158-167.
·
Sugiyono. (2009). Metode Penelitian
Bisnis. Alfa Beta, Bandung. Swamidass, PM., Newell, W.T., 1987. Operational
strategy, environmental uncertainty and performance: a path analytic model. Manegement
Science, 33 (4), 509-524.
·
Tony Wijaya, Analisis Data Penelitian
menggunakan SPSS. Universitas Atma Jaya, Yogyakarta, 2009.
·
Warnock. I., 1996. Manufacturing and
Business Excellence : Stretegies, Techniques, and Technologies Prentiece
Hall Europe.
·
Ward, P.T., Duray, R., 2000. Operational
strategy in cuontex: envirnment, competitive strategy, and operational
strategy. Journal of Operation Management, 18, 123-138.
·
http://reycca.wordpress.com/2009/11/08/pengertian-lingkungan-bisnis/
Tidak ada komentar:
Posting Komentar